Raja dan Ratu Belanda di Kampung Cyber IDN Times/Tunggul Damarjati
Kepada wartawan, Iwan mengaku menjual batiknya seharga Rp950 ribu per potong. Itu harga normal, mengingat kualitasnya juga tidak main-main.
"Tidak nuthuk reg0 (tidak dinaikkan harganya). Karena itu harga sekaligus jahitnya," kata Iwan.
Butuh setidaknya lima hari bagi Iwan membuat karyanya tersebut. Prosesnya, meliputi penggoresan motif, pencantingan, pewarnaan, hingga menjahitnya menjadi sepotong kemeja.
Motif yang ia terapkan, yakni tradisional-kontemporer. Tapi, secara prinsip yang dimainkan memang klasik, seperti corak Kawung, Parang Rusak sampai Truntum.
Hanya saja, dikatakan Iwan, untuk pesanan sang raja, tak ada motif khusus pesanan. Willem, mempercayakan sepenuhnya pada Iwan.
"Bangsawan dari Belanda pesan batik saya. Ini luar biasa sekali sampai saya tidak bisa berkata-kata," ujarnya.
Dalam kesempatan langka itu, lanjut Iwan, Willem juga sempat menanyakan bagaimana ia memanfaatkan fasilitas internet di Kampung Cyber untuk mendongkrak usahanya.
"Raja tanya internet digunakan untuk apa, saya jawab digunakan untuk marketing batik," pungkasnya.