Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bawang Merah Jadi Pemicu Utama Inflasi di DIY pada November

ilustrasi harga bahan pangan meningkat (Freepik.com/Freepik)
Intinya sih...
  • Inflasi DIY November 2024 sebesar 0,25%, dipicu oleh bawang merah, minyak goreng, dan daging ayam ras.
  • Harga cabai rawit mengalami deflasi 0,03% mtm, sementara komoditas hortikultura lainnya juga mengalami penurunan harga.
  • Bank Indonesia melakukan operasi pasar dan optimalisasi Kios Segoro Amarto untuk menjaga keterjangkauan harga dan daya beli masyarakat Yogyakarta.

Yogyakarta, IDN Times -  Inflasi di Daerah Istimewa Yogyakarta pada November 2024 tercatat sebesar 0,25 persen. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Daerah Istimewa Yogyakarta menyebutkan bawang merah menjadi pemicu utama inflasi di DIY.

"Berdasarkan komoditasnya, inflasi DIY disumbang oleh komoditas bawang merah dengan andil 0,07 persen 'month-to-month (mtm)'," ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY Ibrahim dalam keterangan resminya, Rabu (4/12/2024).

Ibrahim menjelaskan andil bawang merah terhadap inflasi DIY seiring dengan mulai terbatasnya pasokan komoditas itu dari daerah pemasok utama seperti Bima, Nusa Tenggara Timur (NTT). "Kondisi keterbatasan pasokan juga terjadi pada komoditas minyak goreng sehingga memberikan andil inflasi mencapai 0,03 persen mtm," katanya.

Sementara, andil inflasi komoditas daging ayam ras mencapai 0,02 persen secara bulanan seiring terbatasnya jumlah pasokan 'day old chicken' (DOC), serta permintaan konsumen yang relatif meningkat.

 

1. Permintaan cenderung stabil

ilustrasi cabai rawit hijau (pixabay.com/senjakelabu29)

Menurut Ibrahim, inflasi lebih tinggi di DIY tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas pangan terutama hortikultura, salah satunya cabai rawit. Ia mengatakan harga cabai rawit mengalami penurunan dengan andil deflasi mencapai 0,03 persen mtm sejalan permintaan yang cenderung stabil di tengah pasokan yang relatif terjaga.

"Hal ini sejalan dengan masih berlangsungnya panen di sejumlah daerah sentra pemasok, seperti Kabupaten Bantul, Magelang dan Nganjuk," jelsnya.

2. Pasokan komoditas mulai melimpah

Layar memampilkan logo Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Kamis (17/6/2021). Bank Indonesia memutuskan mempertahankan suku bunga acuan BI (BI 7-Day Reverse Repo Rate/BI7DRR) di level 3,5 persen (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Komoditas lainnya, kata Ibrahim seperti sawi, kentang, kangkung, wortel juga mengalami deflasi dengan andil masing-masing sebesar 0,01 persen mtm. Menurut Ibrahim hal itu sejalan dengan pasokan komoditas yang melimpah dari sentra produsen di tengah musim panen.

“BI bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY, berkomitmen menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) DIY 2024,” ungkapnya.

3. Pengendalian inflasi dilakukan dengan pasar murah

Ilustrasi Pasar Murah di Surabaya. (Dok. Diskominfo Kota Surabaya)

Pengendalian inflasi di DIY di antaranya berwujud operasi pasar atau pasar murah. Program itu juga diperkuat dengan optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai sebagai referensi harga pedagang Yogyakarta untuk menjaga daya beli.

"Hal itu sebagai wujud komitmen Bank Indonesia, Pemerintah, serta seluruh stakeholder dalam mencapai inflasi 2024 sesuai target sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen," kata Ibrahim.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us