Bantul Punya 56 SPPG, Baru 4 yang Kantongi SLHS

- SLHS akan dikeluarkan jika memenuhi seluruh syarat
- SPPG tak kantongi SLHS tidak ada jaminan keamanan pangan
- Ratusan siswa SMAN 1 Jetis alami keracunan
Bantul, IDN Times - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat, dari total 56 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), baru empat di antaranya yang telah mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).
Kepala Dinkes Bantul, Agus Tri Widiyantara, mengatakan meski sebagian besar SPPG belum memiliki sertifikat tersebut atau masih dalam proses pengajuan, mereka tetap melayani Makanan Bergizi untuk (MBG) bagi pelajar di berbagai wilayah di Bumi Projotamansari.
“Idealnya memang sebelum mengantongi SLHS seharusnya SPPG tidak boleh melayani MBG karena terkait dengan keamanan pangan,” katanya, Senin (10/11/2025).
1. SLHS akan dikeluarkan jika memenuhi seluruh syarat

Menanggapi imbauan Badan Gizi Nasional (BGN) terkait percepatan penerbitan SLHS, Agus Tri mengatakan percepatan penerbitan SLHS tetap diberikan kemudahan, namun seluruh aspek penilaian harus memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
“Jadi misalnya pemeriksaan air belum memenuhi syarat, ya SLHS belum dikeluarkan. Dari tata cara pengolahan makan belum selesai, ya belum kita keluarkan SLHS-nya,” lanjutnya. “Kami tetap komitmen keluarnya sesuai dengan persyaratan yang ada,” imbuh dia.
Terkait kasus keracunan massal siswa SMA N 1 Jetis, Agus menyebut hasil pemeriksaan sampel makanan masih menunggu hasil dari Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Dinas Kesehatan DIY.
“Sampai hari ini, sampel makanan yang kita kirim ke BLKK hasilnya belum keluar. Tapi dugaan sementara, keracunan dipicu dari menu makanan daging ayam semur,” ujarnya.
2. SPPG tak kantongi SLHS tidak ada jaminan keamanan pangan

Sementara, Ketua Komisi D DPRD Bantul, Pramu Diananto Indratriatmo, menilai seharusnya SPPG tanpa sertifikat tersebut tidak diperbolehkan memberikan layanan MBG karena tidak ada jaminan keamanan pangan bagi siswa.
“Tapi itu kan tidak berjalan dan SPPG ditutup sementara setelah ada kejadian siswa keracunan. Ini cukup ironis karena MBG merupakan program prioritas dari Presiden Prabowo,” kata politisi PDI Perjuangan ini.
Pramu menambahkan, Komisi D juga telah meminta penjelasan kepada Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul terkait kendala SPPG dalam memperoleh SLHS. Hasilnya, sebagian besar SPPG belum memenuhi syarat karena air yang digunakan masih mengandung bakteri E. coli.
“Wajar saja kalau banyak kejadian siswa keracunan MBG, sebab air yang digunakan untuk memasak MBG mengandung bakteri E. coli,” tandasnya.
3. Ratusan siswa SMAN 1 Jetis alami keracunan

Sebelumnya diberitakan, Sebanyak 168 siswa SMAN 1 Jetis, Kabupaten Bantul, diduga mengalami keracunan usai menyantap menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang didistribusikan oleh salah satu dapur SPPG di Kalurahan Sumberagung, Kapanewon Jetis, pada Jumat (31/10/2025) siang. Para siswa dilaporkan mulai merasakan gejala seperti sakit perut dan diare sejak Jumat malam hingga Sabtu (1/11/2025) dini hari.
Pasca peristiwa siswa keracunan MBG, empat SPPG di Bantul ditutup sementara. Penutupan lantaran SPPG belum memiliki SLHS yang menjadi salah satu syarat operasional.
"Ada empat SPPG yang kita tutup dan semuanya belum mengantongi SLHS," ujar Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Bantul, Hermawan Setiaji, Jumat (7/11/2025).


















