Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Uji coba makan bergizi gratis (IDN Times/Muhammad Nasir)
Uji coba makan bergizi gratis (IDN Times/Muhammad Nasir)

Intinya sih...

  • Presiden Prabowo Subianto memangkas anggaran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Rp15 ribu menjadi Rp10 ribu, akan digulirkan Januari 2025.
  • Ahli gizi UGM Dr. Toto Sudargo menilai anggaran Rp10 ribu untuk setiap porsi MBG masih mencukupi, dapat ditekan dengan subsidi silang dan pengurangan biaya lain.
  • Toto mengungkapkan program ini sangat mulia, setiap daerah dapat menerapkan menu yang berbeda sesuai ketersediaan potensi dan kekayaan hasil alam yang ada di setiap daerah.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sleman, IDN Times - Presiden Prabowo Subianto memangkas anggaran Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dari Rp15 ribu menjadi Rp10 ribu. Program itu rencananya mulai digulirkan pada Januari 2025. 

Ahli gizi UGM Dr. Toto Sudargo, M.Kes., menilai anggaran Rp10 ribu untuk setiap porsi MBG masih mencukupi. Menurutnya, untuk setiap porsinya dan sajian disesuaikan dengan kemampuan setiap daerah. “Menurut saya, dilihat dari perencanaannya, Rp10 ribu untuk setiap anak masih mungkin dilaksanakan. Tentunya, pelaksanaanya harus terus dipantau, dievaluasi, dan ditingkatkan,” kata Toto Sudargo, Jumat (6/12/2024).

Toto menilai harga tersebut dapat ditekan dengan pelaksanaan subsidi silang dan pengurangan biaya-biaya lain seperti biaya transportasi ke sekolah. Caranya, menurutnya, dengan memanfaatkan pembuatan makanan di wilayah yang dekat dengan wilayah sekolah.

 

 

1. Menu antar daerah bisa berbeda-beda

Salah seorang siswa yang menerima makan bergizi gratis dari Polresta Padang (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Toto mengungkapkan program makan bergizi gratis ini yang sangat mulia sebab tidak semua negara sanggup dan dapat melakukan program besar seperti ini. Ia mengatakan dengan anggaran yang disediakan, setiap daerah dapat menerapkan menu-menu yang berbeda sesuai dengan ketersediaan potensi dan kekayaan hasil alam yang ada di setiap daerah.

“Beberapa daerah memang masih mengandalkan nasi. Di beberapa daerah seperti papua dapat diganti dengan sagu, papeda, jagung. Kemudian, untuk karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral dapat diganti dengan ikan, telur, dan daging atau sumber nabati lainnya, sesuai wilayahnya masing-masing,” ungkapnya.

 

2. Faktor penyajian harus diperhatikan

Menu makan bergizi gratis. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Menurut Toto, selain aspek gizi dan biaya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama Badan Gizi Nasional harus membantu memantau pelaksanaan program ini. Dengan demikian, ia berharap jalannya program ini dapat sesuai sehingga kebutuhan gizi dan keamanan bahan pangan dapat terjaga sampai dikonsumsi nantinya.

Toto juga melihat bahwa MBG juga dapat dimaksimalkan dari aspek penyajian. Menurutnya, makanan harus disesuaikan dengan kesukaan anak-anak sehingga dapat meminimalkan bahkan meniadakan makanan yang terbuang. “Makanannya tidak apa-apa dengan porsi yang kecil, tetapi bisa dibuat menarik sehingga anak-anak suka dan mereka mau untuk makan,” kata Dosen FK-KMK UGM ini.

3. Kualitas makanan harus diperhatikan

MDS Coop alokasikan makan bergizi untuk 1.700 murid dan 100 guru. (IDN Times/Uni Lubis)

Toto mengungkapkan pelaksanaan MBG ini tidak boleh sembarangan. Pasalnya, pelaksanaan berdampak secara langsung kepada anak-anak yang merupakan generasi emas penerus bangsa. Toto juga berpesan pada pemerintah agar lebih dahulu memperhatikan aspek kualitas makanan daripada jumlah yang disediakan.

“Saat kita memberikan makanan kepada anak-anak, jangan sampai yang dipikirkan pemerintah adalah masalah keuntungan atau profit,” tegasnya.

Toto berharap program ini dapat berjalan dengan baik. Tentunya, dengan dukungan dan peran berbagai pihak seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), media, dan masyarakat. Pihak-pihak inilah yang nantinya akan terus mengawal pelaksanaan program ini menjadi lebih baik.

“Ini adalah program gizi yg diberikan kepada generasi penerus bangsa sehingga mari semua pihak bekerja sama untuk saling memperbaiki satu sama lain sehingga kebutuhan gizi anak-anak Indonesia terpenuhi,” jelasnya.

Editorial Team