Anak Muda Ogah Dagang di Pasar Tradisional, Apa Upaya DKUMKPP Bantul?

- Jumlah pembeli dan regenerasi pedagang pasar tradisional mengalami penurunan.
- Kemajuan teknologi menjadi salah satu penyebab utama kendala regenerasi pedagang, dengan sistem jual-beli yang beralih ke daring.
- Tersendatnya regenerasi pedagang pasar tradisional berdampak langsung pada pendapatan dari retribusi pasar, sehingga pihak terkait merencanakan perubahan konsep untuk lima pasar tradisional di Bantul pada 2025.
Bantul, IDN Times - Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Perindustrian dan Perdagangan (DKUMKPP) Bantul mencatat tidak hanya jumlah pembeli di pasar tradisional yang menurun, tetapi regenerasi pedagang juga mengalami hal serupa.
Banyak anak pedagang pasar enggan melanjutkan usaha orang tua mereka karena dianggap kurang menjanjikan. Sebagian besar memilih pekerjaan lain yang dinilai lebih stabil, seperti berjualan online atau pekerjaan dengan penghasilan tetap setiap bulan.
1. Penyebab anak pedagang pasar tradisional enggan meneruskan usaha orang tuanya

Kepala Bidang Sarana dan Prasarana DKUMKPP Bantul, Zona Paramitha, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat lebih dari 11 ribu pedagang di pasar tradisional yang dikelola dinas. Namun, jumlah tersebut terus berkurang dari tahun ke tahun, terlihat dari banyaknya kios atau los yang kosong tanpa pedagang.
"Kita memperkirakan penurunan jumlah pedagang pasar tradisional mencapai kisaran 6,3 persen setiap tahunnya," ujarnya, Selasa (10/12/2024).
Zona menjelaskan salah satu penyebab utama kendala regenerasi pedagang adalah kemajuan teknologi. Sistem jual-beli kini beralih ke daring, sehingga pedagang tidak lagi perlu membawa dagangan ke pasar, yang sering kali berisiko pulang dengan barang yang tidak terjual.
"Jadi konsep pasar tempat bertemunya pembeli dan penjual saat sudah mulai geser. Sebab pembelian apapun bisa dilakukan secara daring dan bayar di rumah," ujarnya.
Selain itu, maraknya pedagang keliling yang menjual sayur dan kebutuhan rumah tangga dari satu rumah ke rumah lainnya turut memengaruhi omzet pedagang pasar. "Jadi ndak perlu lagi datang ke pasar sehingga berdampak omset pedagang pasar juga turun," tambah dia.
2. Berkurangnya pedagang berdampak pada retribusi

Zona juga mengungkapkan bahwa tersendatnya regenerasi pedagang pasar tradisional berdampak langsung pada pendapatan dari retribusi pasar. Penurunan jumlah pedagang setiap tahun berimbas pada berkurangnya pemasukan dari sewa kios atau los di pasar tradisional. Padahal retribusi tergantung dari jumlah pedagang yang menyewa kios atau los di pasar.
"Kalau tahun ini target pendapatan dari retribusi pedagang pasar tradisional mencapai Rp5 miliar dan hampir 90 persen telah tercapai," tuturnya.
3. Coba perbarui konsep pasar

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Zona mengatakan pihaknya merencanakan perubahan konsep untuk lima pasar tradisional di Bantul pada 2025. Pasar-pasar tersebut akan dirancang agar tidak hanya menjadi tempat transaksi jual beli, tetapi juga sebagai lokasi yang menarik bagi pengunjung, termasuk generasi muda.
"Nanti kita akan konsep lima pasar ini ada tempat cafenya, ada penjualan secara drive thru hingga tempat untuk membeli oleh-oleh khas Bantul bagi wisatawan. Namun kita akan melakukan kajian dan survei dahulu sebelum dilakukan eksekusi programnya," tandasnya.