TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Thermo Gun Tidak Berbahaya Bagi Otak, Ini Penjelasan Guru Besar UGM  

Sudah diuji klinis dan dinyatakan aman

Donna Noviyarti, seorang petugas kesehatan Puskesmas Padang Pasir sedang memeriksa suhu tubuh menggunakan Thermo Gun. IDN Times/Andri NH

Sleman, IDN Times - Guru Besar Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Prof. Samekto Wibowo mengungkapkan penggunaan thermo gun untul alat identifikasi suhu tubuh tidak berbahaya bagi otak.

Samekto Wibowo menerangkan thermo gun sudah lama di pakai di bidang medis. Selama ini tidak ada laporan mengenai gangguan otak bagi penggunanya.

"Thermo gun sudah lama digunakan di bidang medis dan sejauh ini tidak ada komplain. Tidak ada laporan adanya gangguan pada otak atau bagian tubuh lain," ungkapnya pada Senin (27/7/2020).

Baca Juga: Spesimen Hasil Tes Swab Terlalu Banyak, Lab di DIY Angkat Tangan  

1. Sudah diuji klinis dan dinyatakan aman

pexels.com/Ketut Subiyanto

Alat thermo gun  yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia menurut Samekto telah melalui uji klinis. Menurutnya semua peralatan medis maupun obat yang boleh dikonsumsi oleh manusia sebelumnya harus melalui uji klinis untuk membuktikan keamanan.

"Semua alat medis atau obat yang boleh digunakan pada manusia, harus sudah lolos uji klinis," terangnya.

2. Thermo gun tidak memancarkan inframerah

Pexels.com/Anton Uniqueton

Hal yang sama disampaikan Guru Besar Teknik Fisika UGM, Prof. Sunarno. Ia  mengungkapkan thermo gun untuk mengukur suhu manusia bekerja dengan menerima pancaran inframerah (far infrared) dari tubuh. Energi yang ditangkap oleh sensor diubah menjadi energi listrik yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk angka digital dalam derajat celcius.  

"Jadi thermo gun tidak memancarkan inframerah, tetapi malah menerima radiasi inframerah dari tubuh manusia," katanya.

Radiasi inframerah menurut Sunarno tidak dapat dilihat oleh mata manusia, namun bisa dirasakan sebagai panas seperti suhu tubuh. 

Baca Juga: Sepanjang Juni–Juli, Ada 18 Nakes di Sleman yang Positif COVID-19

Berita Terkini Lainnya