Kisah Mahasiswa Rantau: Tidak Bisa Mudik Hingga Kehabisan Uang
Idulfitri bersama orangtua jadi hal yang dirindukan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Suasana Ramadan dan Lebaran tahun ini terasa berbeda bagi sebagian mahasiswa rantau yang tengah menjalani studi di luar kampung halaman. Pasalnya, kebiasaan mudik pada saat Lebaran, tahun ini harus ditunda terlebih dahulu untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Meskipun perasaan rindu berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara selalu tumbuh, namun pilihan untuk tidak mudik mereka pilih karena dianggap paling baik. Selain untuk melindungi keluarga, juga melindungi diri sendiri dari paparan COVID-19 selama di perjalanan.
Baca Juga: Hasil Survei, Mayoritas Mahasiswa Tidak Suka Kuliah Daring
1. Kesulitan finansial di tanah rantau juga jadi beban mental
Anita Oktaviani (20) salah satu mahasiswa AMA YPK Yogyakarta Jurusan Manajemen Rumah Sakit yang berasal dari Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat mengaku tidak mudik untuk pertama kalinya tahun ini. Anita, yang sudah 3 tahun lamanya menempuh studi di Yogyakarta mengungkapkan jika bertahan di perantauan adalah pilihan terbaik untuk tetap melindungi keluarganya dari COVID-19.
"Idul Fitri tahun ini pasti berbeda. Tahun ini pertama kali tidak bersama orangtua dan saudara. Sedih tidak bisa kumpul, tapi kembali lagi, sabar adanya pandemik. Saya paham virus ini sangat berbahaya. Apalagi saya tinggal di wilayah zona merah, risiko terpapar virus sangat besar, sehingga saya tidak ingin pulang menyebarkan ke orang-orang yang ada di kampung halaman," ungkapnya pada Jumat (22/5).
Menurut Anita, bukan hanya jauh dari orangtua yang terkadang menjadi beban mentalnya, kesulitan finansial juga dia alami selama di perantauan. Mengingat, saat ini orangtuanya juga mengalami kesulitan dengan adanya kebijakan bekerja dari rumah.
Menurutnya, dari Pemda setempat memang sudah melakukan pendataan bagi mahasiswa rantau. Namun, sampai saat ini dirinya mengaku belum mendapatkan bantuan.
"Orangtua sulit kerja di rumah sehingga mengalami kesulitan ekonomi di keluarga dan secara tidak langsung berimbas pada mahasiswa yang ada di tanah rantau. Saya positive thinking Pemda akan benar-benar alokasikan dana untuk mahasiswa di luar Kalbar. Mahasiswa sangat kesulitan, benar-benar membutuhkan bantuan dari pemerintah," terangnya.
Dita mengaku, dengan adanya pandemik ini ada beberapa hikmah yang dia dapatkan. Di antaranya bisa menjadi pribadi yang lebih sabar dan mandiri.
"Hikmahnya, bisa menjadi pribadi yang sabar, mandiri dan bijak. Baik di dalam mengatur keuangan dan sebagainya. Karena jauh dari orangtua. Semoga tetap bisa diamalkan. Hari raya tetap tinggal di kos tapi panggilan video call, bermaafan lewat video call," paparnya.
Baca Juga: Unversitas Ahmad Dahlan Beri Sembako Bagi Mahasiswa yang Tidak Mudik