Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Yogyakarta, IDN Times - Kepergian musisi kreatif Djaduk Ferianto menyisakan rasa kehilangan bagi masyarakat yang mengikuti setiap karyanya, orang-orang yang pernah bekerja sama dengannya, maupun keluarga yang ditinggalkannya.
Memperingati 100 hari meninggalnya Djaduk, KuaEtnika selaku grup musik yang didirikan Djaduk menggelar acara bertajuk Ibadah Musikal untuk memperingati 100 hari meninggalnya sang seniman.
1. Area TBY penuh pengunjung untuk mengikuti acara 100 hari meninggalnya Djaduk
Penonton sudah memadati area TBY sebelum acara dimulai - IDN Times/Rijalu Ahimsa Ibadah Musikal 100 Hari Djaduk Ferianto digelar pada Selasa (26/2) di Taman Budaya Yogyakarta (TBY) mulai pukul 19.30 WIB. Meskipun malam itu Jogja sempat diguyur hujan, namun pengunjung sudah memadati area TBY hingga dimulainya acara. Pengunjung yang bisa masuk ke area TBY adalah orang-orang yang sudah mengambil undangan pada jauh hari sebelumnya karena terbatasnya area duduk di TBY.
Undangan yang diberikan kepada pengunjung terbatas hanya 100 orang saja untuk tempat duduk di TBY, sedangkan pengunjung lain masih bisa mendapatkan undangan untuk duduk lesehan di depan panggung. Acara ini diadakan secara gratis, tanpa dipungut biaya bagi penonton.
2. Berbagai seniman turut menghadiri acara
Sardono W. Kusumo memberikan speech di acara Ibadah Musikal Djaduk - IDN Times/Rijalu Ahimsa Tak hanya masyarakat Jogja dan sekitarnya saja yang datang khusus ke 100 hari meninggalnya Djaduk, namun seniman-seniman yang dekat dengan Djaduk juga turut hadir di acara ini.
Beberapa seniman yang terlihat datang ke acara ini adalah tokoh tari Sardono Waluyo Kusumo; fotografer kawakan Darwis Triadi; pencipta lagu James F. Sundah, dan tak ketinggalan kakak kandung Djaduk, Butet Kartaredjasa.
"Jadi gini Duk, kamu di mana? Ada di hati kita semua. Jadi ke mana pun saya menoleh saya melihat Djaduk sebenarnya," ucap Sardono W. Kusumo saat memberikan speech di acara Ibadah Musikal 100 Hari Djaduk.
Beberapa seniman yang turut hadir di acara ini juga membagikan kenangannya terhadap Djaduk. Seperti Butet yang mengenang sang adik yang begitu siap menggantikannya saat pentas jika Butet tiba-tiba sakit, hingga James yang membagikan kenangannya bersama Djaduk saat berada di Amerika.
3. Dimeriahkan berbagai musisi yang dekat dengan Djaduk
Tashoora tampil bersama Kua Etnika di Ibadah Musikal 100 Hari Djaduk - IDN Times/Rijalu Ahimsa Djaduk sebagai seorang musisi yang memadukan musik tradisional dengan jazz selalu berkolaborasi dengan berbagai musisi Indonesia, sehingga musisi-musisi ini diundang sebagai penampil di acara Ibadah Musikal Djaduk.
Sebagai penampil utama, KuaEtnika turut berkolaborasi dengan sejumlah musisi Indonesia seperti Endah Laras, Syaharani, Soimah Pancawati, Ricad Hutapea, Teater Gandrik, Tricotado, Tashoora, Mucichoir dan Jazz Mben Senen.
Sayang sekali musisi jazz kawakan Idang Rasidji berhalangan hadir dalam acara malam itu karena ada keperluan di luar kota, meskipun sudah dijadwalkan untuk ikut mengisi acara.
Sajian dari para musisi yang tampil begitu memesona seluruh pengunjung. Perpaduan antara musik jazz dengan musik tradisional ala Kua Etnika dipadukan lagi dengan elemen-elemen kesenian dari masing-masing musisi dan seniman yang berkolaborasi.
Di acara ini juga untuk pertama kalinya KuaEtnika membawakan lagu terakhir peninggalan Djaduk yang ditemukan oleh Butet dari rekaman di ponsel Djaduk setelah meninggal.