Ini Pesan Muhammadiyah Selepas Jusuf Kalla Lengser
JK diharapkan menjadi negarawan dan guru bangsa
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sleman, IDN Times – Tanah airku tidak kulupakan… Kan terkenang selama hidupku… Biar pun saya pergi jauh… Tidak kan hilang dari kalbu… Tanahku yang kucintai… Engkau kuhargai…
Lagu nasional ciptaan Ibu Sud mengalun haru saat Wakil Presiden Jusuf Kalla berjalan meninggalkan ruangan auditorium Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Kamis (10/10) Kelompok paduan suara mahasiswa Unisa itu seolah mengisyaratkan turut melepas masa purna tugas JK pada 20 Oktober 2019 mendatang. Sudah dua periode JK menjabat sebagai wapres.
“Tinggal 10 hari jabatan saya sebagai wakil presiden. Lalu diundang untuk memberikan kuliah umum (di Unisa),” kata Jk saat mengawali pidatonya di atas podium untuk memberikan Kuliah Kebangsaan bertajuk Mendidik Generasi Unggul, Cendekia untuk Kemajuan Bangsa.
Semua yang hadir di auditorium pun berdiri ketika JK melangkah pergi. Lambaian tangan dan jabat tangan diulurkannya saat melewati deretan mahasiswa. Sejumlah mahasiswa pun tak menyia-nyiakan momen itu untuk mengambil foto lewat telepon seluler mereka.
Baca Juga: Ingin Indonesia Maju, 2 Pesan dari Jusuf Kalla untuk Mahasiswa
1. Berharap JK tetap menjadi negarawan dan guru bangsa
Baik Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini maupun Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap JK tetap menjadi negarawan selepas tak menjabat sebagai wakil presiden.
“Kami berdoa dan berharap Pak Wapres (JK) tetap melanjutkan perjuangan bangsa dan tetap menjadi negarawan dan bapak bangsa yang diteladani generasi muda,” kata Siti Noordjannah.
Dan selama dua periode JK menjadi wapres, Haedar menilai JK telah memberi banyak warna. Pertama, JK menjadi perekat umat beragama, khususnya umat Islam dalam keragaman. Kedua, membangun spirit kewirausahaan dan orientasi ekonomi untuk bangsa ini.
“Bangsa ini perlu maju. Maka Pak JK menjadi tokoh, negarawan, dan guru bangsa,” kata Haedar.