TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Antisipasi Dampak La Nina: Bersih-bersih Sungai hingga Pasang EWS 

Warga permukiman pinggir sungai rawan banjir

Kegiatan bersih sungai di Kali Buntung, Ngemplak, Sleman, 11 Oktober 2020. Dokumen FKSS

Sleman, IDN Times - Upaya mengantisipasi banjir akibat La Nina, warga yang bergabung dalam komunitas-komunitas sungai di Sleman melakukan pembersihan sampah di sungai pada 25 Oktober 2020 lalu.

Aksi bersih-bersih sungai bersama itu dilakukan untuk menindaklanjuti peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada awal Oktober 2020 lalu yang menyebutkan peningkatan curah hujan hingga 40 persen akibat fenomena La Nina di wilayah Indonesia akan berlangsung sejak Oktober 2020 hingga April 2021.  

Ketua Forum Komunitas Sungai Sleman (FKSS), AG Irawan menjelaskan, secara teknis curah hujan yang meningkat akan memberi dampak peningkatan volume air sungai. Jika badan sungai penuh sampah dan benda-benda yang menghambat laju aliran, maka akan mengakibatkan sungai meluap. Imbasnya, luapan air sungai akan menggenangi bantaran dan permukiman warga pinggir sungai.

“Ada potensi banjir dan longsor. Terutama warga yang tinggal di permukiman pinggir kali harus meningkatkan kewaspadaan,” kata Irawan saat dihubungi IDN Times, Senin (26/10/2020).

Baca Juga: Waspadai La Nina, Pemkab Sleman Mulai Lakukan Antisipasi

1. Warga di tengah dan hilir sungai harus berkomunikasi dengan warga di hulu

Kegiatan bersih sungai di Kali Krasak, Tempel, Sleman. Dokumen FKSS

Selain bersih-bersih sampah, tiap-tiap komunitas pegiat sungai juga melakukan edukasi tentang sungai dan mitigasi atau pengurangan risiko bencana terhadap warga yang bermukim di sekitar bantaran sungai. Hingga pertengahan Oktober 2020 ini, sudah ada 47 komunitas dari 16 sungai besar dan kecil di wilayah Kabupaten Sleman yang bergabung.

“Karena ada potensi dan bahaya bagi yang tinggal di pinggir sungai. Terlebih sungai-sungai yang berhulu di lereng Gunung Merapi,” papar Irawan.

Meliputi Sungai Krasak, Sungai Boyong yang mengalir melewati Sungai Code, Sungai Kuning, dan sungai Opak. Setiap musim penghujan tiba, warga di pinggiran sungai yang bermukim di bagian tengah dan hilir sungai harus berkomunikasi dengan warga yang tinggal di hulu sungai.

“Komunikasi soal cuaca dan peningkatan debit air ketika hujan,” kata Irawan.

Langkah antisipasi lainnya adalah mengajukan pemasangat alat deteksi peringatan dini (early warning system/EWS) kepada pemerintah daerah untuk dipasang di sejumlah titik sungai. Terutama sungai yang punya potensi dan riwayat banjir bandang. Seperti Kali Adem di Girikerto, Sungai Sempor, Sungai Pelang, Sungai Klanduhan, sungai Kuning, dan Sungai Tepus.

“Beberapa sudah dipasang, tetapi di lokasi yang berpotensi terkena banjir lahar dingin Merapi,” kata Irawan.

2. Aliran sungai harus terbebas dari sampah organik dan anorganik

Komunitas Jogokali membersihkan bambu di Sungai Grojogan, Depok, Sleman, 25 Oktober 2020. Dokumen FKSS

Dalam siaran pers yang diterima IDN Times pada 25 Oktober 2020, kegiatan bersih-bersih sampah pada akhir pekan kemarin dilakukan di tiga sungai di Sleman, meliputi sungai Sungai Grojogan Tambakbayan, Kelurahan Maguwoharjo, Kapanewon Depok; Sungai Pelang, di Pedukuhan Turen, Kelurahan Sardonoharjo, Kapanewon Ngaglik; dan di tempuran Sungai Tepus dan Sungai Opak, yang terletak di Pedukuhan Pendem, Kelurahan Tegaltirto, Kapanewon Berbah.

Mereka bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman untuk bergotong royong membersihkan beragam sampah anorganik, seperti plastik, kain, kaca, styrofoam, potongan besi, ban bekas. Termasuk popok sintetis beragam merek dan kasur bekas yang berpotensi menurunkan kualitas air.

Rumpun-rumpun bambu yang bertumbangan ke sungai juga meresahkan warga di pinggiran Sungai Grojogan. Batang-batang bambu itu juga turut andil mengganggu aliran sungai apabila tidak disingkirkan. Warga yang bergabung dalam Komunitas Jogokali itu bergotong-royong menyingkirkan dan memotong ranting-rantingnya, selain juga memungut sampah-sampah di sungai tersebut.

Kegiatan bersih-bersih sungai itu mengingatkan Kepala DLH Sleman Dwi Anta Sudibya akan masa kecilnya yang suka mencari ikan di Sungai Grojogan.

“Mari bersama-sama merawat sungai,” kata Sudibya.

Baca Juga: BMKG Imbau Warga Sleman Waspada Musim Hujan dan La-Nina

Berita Terkini Lainnya