Anak Terlalu Bebas Akses Medsos, Pemicu Terjadinya Kasus Bullying
Anak di Indonesia rata-rata mengakses medsos hingga 8 jam
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, DN Times - Kasus perundungan yang kerap terjadi pada anak, salah satunya disebabkan akses terhadap media sosial tidak terbatas. Sosiolog Universitas Widya Mataram (UWM) Yogyakarta Mukhijab menilai kasus Tasikmalaya, Jawa Barat yang berujung kematian seorang anak berusia 11 tahun akibat informasi yang didapat terlalu banyak dari media sosial.
Anak-anak, ujar Mukhijab memiliki kecenderungan mereproduksi apapun yang mereka dapatkan di media sosial, termasuk beragam informasi negatif seperti kekerasan hingga pornografi.
"Ada semacam reproduksi perilaku oleh anak-anak atau remaja dari apa yang mereka lihat di medsos. Mereka ingin melihat secara riil bahwa itu bisa dilakukan juga di dunia nyata," ujar Mukhijab dikutip Antara, Sabtu (23/7/2022).
1. Anak tidak bisa membedakan konten yang cocok sesuai usianya
Sosiolog ini memaparkan fenomena perundungan atau bullying memang sudah terjadi lama, namun saat ini semakin parah seiring kemunculan media sosial yang dapat diakses anak-anak tanpa adanya pembatasan.
Rasa empati terhadap sesama, sopan santun atau budi pekerti, serta aspek moral yang seharusnya tertanam pada diri anak, tercerabut ketika asupan yang mereka terima lebih banyak bersumber dari medsos.
"Mereka boleh mengakses apa saja. Di sini problem karena anak belum bisa membedakan mana konten yang layak, dan tidak layak sesuai umurnya," kata dia.
Baca Juga: 5 Tips Ajari Si Kecil Naik Sepeda, Asyik dan Seru!
Baca Juga: Pengin Minimalkan Overthinking, Ini Cara Atasi Menurut Psikolog UGM