TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ahli Epidemiologi UGM Khawatir Unjuk Rasa Tambah Jumlah Kasus COVID

Akan sulit lakukan tracing

Anggota Tim Perencanaan Data dan Analisis Gugus Tugas Penanganan COVID-19 DIY, dr Riris Andono Ahmad. IDN Times/Istimewa

Sleman, IDN Times - Ahli Epidemiologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Riris Andono Ahmad menilai aksi unjuk rasa yang melibatkan massa dalam jumlah besar beresiko meningkatkan kasus COVID-19. 

"Bagaimana mau tracing kalau kita tidak kenal orang di sekitar kita, kalau di pasar masih mungkin mengingat orang yang kontak tetapi kalau di kerumunan sulit mengingat," kata Riris Andono seperti dikutip dari ANTARA, Kamis (8/10/2020). 

 

Baca Juga: Reaktif COVID-19 saat Demo, 13 Perusuh Langsung Jalani Tes Swab

1. Tak ada jaminan semua peserta patuh protokol kesehatan

Massa aksi Tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja berkumpul di Bundaran UGM, Yogyakarta, Kamis (8/10/2020). IDN Times/Siti Umaiyah

Kendati sudah ada imbauan untuk menerapkan protokol kesehatan, tidak ada yang dapat menjamin bahwa dalam kerumunan itu seluruh pesertanya bisa terus menerus memakai masker.

"Saat Lebaran kemarin saja, tidak berapa lama ada peningkatan kasus padahal aktivitas kumpul-kumpul tidak terlalu besar. Bisa dibayangkan kalau kemudian interaksi dalam kerumunan terjadi sedemikian besar," kata Riris. 

2. Akan sulit lakukan tracing

Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain itu, pelacakan kontak erat akan sulit dilakukan, apabila kemudian muncul kasus penularan COVID-19.

"Lalu siapa yang bisa menjamin mereka tidak kontak dengan permukaan yang terkontaminasi, lalu entah menyentuh mulutnya atau matanya dalam kerumunan yang begitu besar," ujar Riris. 

Baca Juga: Demo Tolak Ciptaker Rusuh, Sultan: Jangan Anarkis di Kota Sendiri

Berita Terkini Lainnya