TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Nelayan di Gunungkidul Kesulitan Membeli BBM Bersubsidi di SPBU

BBM non subsidi membuat mesin kapal cepat rusak

Ilustrasi SPBU/Instagram.com/spbu_marta

Gunungkidul, IDN Times - Nelayan di Kabupaten Gunungkidul kesulitan untuk memperoleh BBM bersubsidi meski para nelayan ini sudah mengantongi surat rekomendasi. Hal ini karena SPBU menolak melayani pembelian BBM bersubsidi dengan jeriken.

Baca Juga: Gunungkidul Jadi Pilot Project Google For Education di DIY

1. Nelayan mampu beli BBM non subsidi namun tak cocok dengan mesin 2-tak‎

IDN Times/Daruwaskita

Sekretaris DPD Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) DI Yogyakarta Gamal Asgar mengatakan, para pemilik SPBU saat ini tidak mau lagi melayani pembelian BBM bersubsidi dengan menggunakan jeriken. Padahal setiap harinya nelayan butuh BBM bersubsidi jenis premium dan solar agar perahu dapat melaut untuk mencari nafkah.

"Nelayan itu sebenarnya bisa saja dan mampu membeli BBM non subsidi. Namun, BBM seperti Pertalite dan Pertamax tidak sesuai dengan mesin kapal yang berjenis 2-tak. Mesin 2-tak kan butuh oli samping, jika dicampur dengan Pertamax atau Pertalite mesin akan cepat rusak," katanya saat melakukan audiensi dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Gunungkidul di Gedung DPRD Gunungkidul, Selasa (8/10).

2. Mesin 2-tak cocok dengan karakteristik laut selatan ‎

IDN Times/Daruwaskita

Gamal melanjutkan, dipilihnya mesin 2-tak bukan tanpa alasan. Ini karena karakteristik laut selatan yang bergelombang sehingga sangat cocok dengan mesin 2 tak yang mesinnya mampu merespons cepat untuk menghindari gelombang.

"Saat ini jumlah nelayan mencapai 2 ribuan dan setiap bulannya butuh BBM bersubsidi jenis solar 43 ton untuk kapal berukuran 5 GT hingga 30 GT dan BBM premium sebanyak 180 ton bagi nelayan yang menggunakan mesin tempel 2-tak," ujarnya.

Baca Juga: 3 Kecamatan di Gunungkidul Mulai Kehabisan Anggaran Dropping Air 

Berita Terkini Lainnya