TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Bu Guru di Bantul Gelar Lamaran  Berakhir Tes Swab Massal

Mengaku tak tahu masuk kontak erat COVID-19

Ilustrasi guru. IDN Times/Sukma Sakti

Bantul, IDN Times - ‎Sejumlah warga di Padukuhan Sogesanden, Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden, Kabupaten Bantul harus menjalani tes swab setelah mengikuti acara lamaran salah satu guru di MAN 1 Bantul (MAN Gandekan) berinisial AS.

Warga harus dites karena AS guru yang dilamar ternyata merupakan salah satu kontak erat pasien positif COVID-19. Pada saat acara lamaran, AS mengaku tidak tahu jika dirinya masuk kontak erat dengan pasien positif COVID-19.

Ia beralasan selama proses lamaran tidak membuka gawai. Pemberitahuan dirinya masuk kontak erat pasien positif COVID-19 terjadi saat dia menjalani proses lamaran yakni pada Sabtu (6/11/2021).  Pihak sekolah memberitahukannya lewat Whatapps Group. Dalam pemberitahuan itu, kontak erat diwajibkan untuk menjalani tes. Setelah menjalani tes PCR pada Senin (8/11/2021) ternyata AS positif COVID-19.

Akibatnya, sejumlah warga yang menghadiri acara hajatan lamaran saat ini juga harus menjalani swab PCR di Puskesmas Sanden karena masuk dalam daftar kontak erat.

Baca Juga: Makin Banyak Warga Srigading Bantul yang Terpapar Klaster Takziah

1. Lamaran sudah dipersiapkan jauh hari

Ilustrasi tunangan.unsplash.com/@jcrod

AS mengaku sudah mempersiapkan acara hajatan jauh hari sebelumnya. Bahkan dia mengundang tetangga sekitar karena saat itu dia tidak terpapar COVID-19.

"Ya memang rencananya hajatan lamaran itu sudah jauh-jauh hari direncanakan dan ketika berjalan juga berjalan lancar semuanya," kata AS saat dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (13/11/2021).

2. Informasi masuk kontak erat diketahui saat proses lamaran selesai

Alur pelacakan kontak erat terhadap pasien COVID-19 (Tangkapan layar YouTube BNPB)

Namun setelah acara hajatan lamaran selesai, masalah pelik muncul dari informasi WhatsApp grup dari sekolah. Pesan yang tertulis di WA grup memberikan informasi guru yang masuk pada tanggal Sabtu (30/10/ 2021) harus menjalani tes swab PCR karena masuk kontak erat dengan salah satu guru di MAN yang positif COVID-19.

"Jadi kebetulan guru MAN Gandekan yang positif COVID-19 itu memang piket pada tanggal 30/11/2021 dan saya dengan sejumlah guru lain juga pas mengajar, sehingga masuk dalam kontak erat," ungkapnya.

Setelah melaksanakan tes PCR, AS dinyatakan positif COVID-19 sehingga harus menjalani isolasi. "Petugas kemudian melakukan swab kepada siswa yang saya ajar dan ditemukan ada satu siswa yang positif COVID-19," ungkapnya.‎

Meski saat ini kasus penularan COVID-19 telah berakhir di MAN Gandekan namun permasalahan justru muncul dari acara lamaran. Sejumlah warga harus menjalani tes swab PCR karena masuk kontak erat dengan dirinya.

"Jadi saat hajatan digelar itu saya masih dalam kondisi sehat dan belum positif tetapi setelah saya dinyatakan positif COVID-19 sejumlah tetangga yang hadir dalam acara hajatan harus menjalani swab PCR," ungkapnya.

3. Selama acara lamaran tidak membuka gawai‎

Ilustrasi gawai Pexels/freestocks.org

AS mengaku tetap membuat acara lamaran karena dirinya tidak tahu jika masuk kontak erat pasien COVID-19. "Saya klarifikasi kepada petugas puskesmas, "mohon maaf ya mbak kemarin saya membuat acara lamaran karena saya tidak tahu masuk dalam daftar swab. Apakah itu telat atau bagaimana mbak pemberitahuannya," ucapnya. 

"Namun dijawab oleh petugas puskesmas, ya itu memang itu perlu proses, jadi tidak ada yang disalahkan karena itu perlu proses," ujarnya.

Ia mengaku tidak ada niatan menggelar lamaran mesti masuk kontak erat.

"Jadi memang saat acara hajatan digelar itu saya belum positif COVID-19, namun masuk dalam daftar kontak erat yang harus menjalani swab PCR. Jikapun saat itu saya membuka gawai dan mengetahui masuk dalam daftar kontak erat dan harus di swab PCR, saya tidak akan nekat menggelar hajatan lamaran. Apalagi jika pemberitahuannya sebelum acara hajatan lamaran digelar pasti acara akan saya tunda," katanya.

Berita Terkini Lainnya