Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Aktivis 98 di Kabinet Sebut Beda Tentara Otoriter dan Demokrasi

Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan yang juga Aktivis 98, Budiman Sudjatmiko. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Intinya sih...
  • Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan, Budiman Sudjatmiko, menilai retreat di Akademi Militer bukan agenda militeristik.
  • Budiman mengajak membedakan tentara era otoriter dengan tentara era demokrasi, serta tugas aktivis pro demokrasi setelah demokrasi tercapai.
  • Prabowo Subianto memberikan arahan mengenai masalah ekonomi politik, geopolitik, dan pembangunan persatuan Indonesia dalam agenda retreat tersebut.

Sleman, IDN Times – Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan, Budiman Sudjatmiko, menilai retreat yang dijalani beberapa hari ke belakang di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, bukan agenda militeristik. Aktivis 98 tersebut mengatakan harus bisa dibedakan militer di rezim demokrasi dan rezim otoriter.
 
“Ini ada banyak disiplinnya (agenda retreat). Saya pikir tidak benar ini militeristik. Hari ini setiap negara punya tentara. Di tengah konflik geopolitik, kalau gak punya tentara, gak bisa mempertahankan negara. Gak bisa mempertahankan demokrasi,” ungkap Budiman, di Bandara Adisutjipto, Minggu (27/10/2024).

1. Ada perbedaan tentara era demokrasi dan otoriter

Presiden Prabowo Subianto memimpin makan malam para menteri di retreat Magelang Jawa Tengah. (IDN Times/Amir Faisol)

Pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) tersebut mengajak membedakan tentara era otoriter dengan tentara era demokrasi. “Kalau dulu tentara suruh milih partai tertentu, sekarang gak ada. Dulu ada Fraksi ABRI sekarang gak ada,” ucap Budiman.
 
Budiman menyebut tugas aktivis pro demokrasi setelah demokrasi tercapai yaitu memodernisasi tentara. Ia juga mengajak melihat pandangan Ilmuwan Politik AS, Samuel Huntington, dalam bukunya Gelombang Demokratisasi Ketiga.
 
“Tugas aktivis demokrasi setelah mewujudkan demokrasi, memodernisasi tentara bukan anti tentara. Yang kita lawan militerismenya, otoritarianisme, tentara dibutuhkan,” ungkap Budiman.

2. Pengalaman pertama masuk Akmil

Bagi Budiman yang pernah berseberangan dengan militer di era Orde Baru (Orba) masuk di Akmil menjadi pengalaman pertamanya. “Baris-berbaris tentunya sudah pernah, pas SMA. Saya pikir pengajar cukup mengerti tidak semua berlatar belakang militer,” ungkap Budiman.
 
Terkait seragam yang digunakan, Budiman mengatakan seragam tersebut merupakan seragam Komando Cadangan (Komcad) yang menurutnya bagian dari doktrin pertahanan rakyat semesta. Tidak ada hubungan dengan militerisme.
 
“Kita tidak ada latihan menembak. Baris-berbaris ya di sekolah itu gak militeristik. Saya kira di tempat sepak bola juga biasa baris-berbaris,” kata Budiman.
 

3. Materi dalam agenda retreat

Acara parade senja di Lapangan Pancasila, Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Terkait materi yang disampaikan dalam agenda retreat tersebut, diungkapkan Budiman bahwa Prabowo Subianto memberikan arahan mengenai masalah ekonomi politik, geopolitik. Bagaimana membangun persatuan Indonesia yang tercermin dalam Kabinet Merah Putih.
 
“Paling penting sinergi koordinasi dan ice breaking. Pencairan suasana menteri Kabinet Merah Putih, sehingga memungkinkan koordinasi, kerja sama dan konsolidasi,” ungkap Budiman.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us