TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dubes Ukraina: Invasi Rusia 1 Hari Nihil Korban saat Jokowi Datang

Gempuran Rusia saat ini lebih parah dari Jerman pada PD II

Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin, di UII, Sleman, Senin (18/7/2022). (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Sleman, IDN Times - Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Hamianin menyebut korban jiwa berjatuhan setiap hari sejak Rusia melakukan invasi ke negaranya 24 Februari 2022 lalu.

Namun, kata dia, ada satu hari di mana tak ada laporan korban jiwa dari warga sipil Ukraina akibat serangan Rusia.

"Bahwa sejak 24 Februari (2022) sampai hari ini setiap hari ada warga sipil yang meninggal akibat serangan Rusia terhadap Ukraina. Kecuali 1 hari, yaitu pada saat Presiden Joko Widodo mengunjungi Ukraina," kata Hamianin di Universitas Islam Indonesia (UII), Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, DIY, Senin (18/7/2022).

Joko Widodo (Jokowi) diketahui membawa misi perdamaian saat melawat ke Ukraina dan bertemu Presiden Volodymyr Zelensky pada 29 Juni 2022 lalu. Keduanya membahas soal prinsip kedaulatan.

Jokowi sebelumnya sempat 'blusukan' ke kompleks Apartemen Lipky di Kota Irpin atau kawasan yang hancur di Ukraina akibat serangan Rusia.

Baca Juga: Perang Ukraina Terkini: Rusia Kuasai 20 Persen Ukraina

1. Tak berharap banyak

Orang-orang menghadiri upacara penghormatan kepada para pembela Ukraina yang gugur, termasuk tentara yang tewas dalam pertempuran dengan pemberontak pro-Rusia di bandara Donetsk hari ini pada tahun 2015, di sebuah peringatan di dekat markas besar Kementerian Pertahanan di Kyiv, Ukraina, Kamis (20/1/2022). (ANTARA FOTO/Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS.)

Menurut Hamianin, lawatan Jokowi ini merupakan yang pertama dari kepala negara di Asia sepanjang 5 bulan durasi invasi ke Rusia ke Ukraina.

Akan tetapi, Hamianin menekankan bahwa negaranya tak berharap terlalu banyak dari kunjungan Jokowi atau kunjungan kepala negara lainnya. Khususnya, dalam kaitannya menyetop invasi Rusia ke Ukraina secara instan.

"Karena sebenarnya tidak ada satu pun pemimpin negara, tidak ada satu pun negara yang dapat menghentikan tindakan diktator dari Putin (Vladimir Putin), Rusia. Karena serangan yang saat ini terjadi sebenarnya sudah direncanakan selama bertahun-tahun ke belakang," imbuhnya.

Bagi Hamianin, berekspektasi saat ini bukanlah hal suatu tindakan buruk. Namun demikian, perlu sesuatu yang lebih konkret demi menciptakan perdamaian di kedua negara.

"Ekspektasi atau harapan tentu sangat baik, tapi yang paling diharapkan adalah rencana yang konkret, instrumen yang konkret dan agenda yang konkret," ucapnya.

2. Bombardir 4 ribu rudal

Seorang veteran batalion Tentara Nasional Ukraina melakukan latihan militer untuk warga sipil di tengah ancaman serangan Rusia di Kyiv, Rusia, Minggu (30/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Gleb Garanich/WSJ.

Hamianin turut mengungkap saat ini ada sekitar ratusan anak, lalu 10 ribu warga sipil yang menjadi korban dari pasukan Negeri Beruang Merah. Selain itu masih ada lagi ratusan ribu warga yang terluka dan terpaksa mengungsi karenanya.

Gempuran ke Ukraina, menurut Hamianin, berkali-kali lipat dampaknya dibandingkan dengan intervensi militer Rusia dalam perang saudara Suriah ke Aleppo, Suriah.

"Pada saat Rusia menyerang Aleppo di Suriah, yang dipakai adalah 150 rudal. Dan dalam 5 bulan terakhir serangan Rusia ke Ukraina itu telah digunakan 4 ribu lebih. Dan itu maknanya sudah berkali-kali lipat dibanding apa yang telah dilakukan Rusia terhadap Aleppo," urainya.

Baca Juga: 3 Isu Dibahas di Pertemuan Pertama Menteri Kesehatan G20 Jogja   

Berita Terkini Lainnya