Kisah Pemakaman Jenazah Bayi: Petinya Kecil, Tapi Itu Paling Berat
Patuhi aturan, jangan paksa kami mengubur peti kecil lagi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bantul, IDN Times – Seorang relawan berbaju hazmat putih berdiri membelakangi kamera. Seolah terpaku menatap pemandangan di depannya. Ada relawan lain mengenakan alat pelindung diri (APD) tak kalah lengkap berdiri dengan tangan bersedekap. Menghadap drakbar dengan sebuah peti mungil putih di atasnya. Setiap tepian kotak direkat erat dengan lakban cokelat.
Dan sebait kalimat disertakan dengan sebingkai foto bidikan Tim Infokom Satgas COVID-19 PMI Bantul, Hafidz Tama yang diunggah pemilik akun @Lekday, lewat tengah malam 18 Mei 2020. "Pemakaman terberat adalah ketika memakamkan sebuah peti kecil," demikian bunyi status yang diunggahnya. Menyiratkan ada sosok mungil terbaring di dalam peti kecil itu.
“Iya, jenazah bayi usia 10 hari,” kata Wisnu T. Wardhana mengomentari foto yang diunggah temannya saat dikonfirmasi IDN Times, Senin (18/5) petang.
Wisnu adalah salah satu relawan Tim Penanganan Jenazah Gugus Tugas COVID-19 Bantul dari unsur Palang Merah Indonesia (PMI) Bantul. Saat pemakaman bayi itu, Wisnu bertugas sebagai safety officer dalam Regu 2 tim penanganan jenazah yang tengah piket.
Ia pun berpesan kepada publik untuk menjaga diri dengan mematuhi aturan. Serta bersabar untuk bersama-sama memutus rantai penularan virus Corona.
“Jangan paksa kami menguburkan peti-peti kecil lainnya,” kata Wisnu menegaskan.
Baca Juga: Kisah Si Badak Putih, Pengangkut Jenazah di Masa Pandemik COVID-19
1. Tim tak mengira akan mengubur jenazah bayi berusia 10 hari
Wisnu dan lima orang temannya dalam Regu 2 baru usai bertugas memakamkan jenazah di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Minggu, (17/5) tengah malam. Mereka tengah bersantap sahur di Posko Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY ketika telepon kembali berdering. Ada kabar dari Rumah Sakit Panembahan Senopati, sebuah RSUD Bantul yang mengharuskan regu kembali bergerak.
“Kami diberi tahu ada bayi meninggal,” kata Wisnu.
Jatah piket 24 jam itu bikin regu 2 kembali bergerak. Tubuh mereka pun dibebat baju hazmat lagi lengkap dengan perangkat APD lain. Delapan orang naik mobil menuju ke rumah sakit. Meliputi 6 orang tim penanganan jenazah ditambah 2 pendukung yang bertugas melakukan dekontaminasi.
Dari rumah sakit, mobil tim berjalan beriringan dengan mobil ambulans rumah sakit yang membawa jenazah menuju tempat pemakaman umum di Kecamatan Dlingo, Bantul. Dan ketika peti mungil itu dikeluarkan di atas drakbar, tim pun terkejut.
“Pas kami tahu itu mak tratap. Tahu kalau itu jenazah bayi. Tapi enggak mengira baru usia 10 hari,” aku Wisnu.
Bayi itu berstatus pasien dalam pengawasan (PDP). Berfokus pada proses pemakaman, membuat Wisnu tak sempat tahu lebih banyak kondisi ibu bayi. Dan setali tiga uang dengan status di media sosial itu, Wisnu pun mengakui itu pemakaman paling berat secara psikis.
“Justru peti kecil itu penguburan yang berat bagi kami. Saya punya anak. Teman-teman dalam tim juga punya anak,” ucap Wisnu.
Mereka pun teringat anak-anak mereka yang menanti di rumah. Diakui Wisnu, jenazah bocah yang pernah mereka makamkan sebelumnya adalah anak usia 13 tahun.
Baca Juga: Kisah Relawan Pengubur Jenazah: Cegah Warga Gaduh Selama Pandemi (1)