TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

4 Hal yang Tersirat dari Pertemuan Koalisi Golkar-PAN-PPP

Dinamikanya akan berbeda dibandingkan Pilpres 2019

Pertemuan antara Golkar, PAN, dan PPP di Jakarta, Kamis (12/5/2022). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Yogyakarta, IDN Times - Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad, mengatakan pertemuan Golkar, PAN, dan PPP yang berlangsung baru-baru ini dapat memberikan warna baru dalam dinamika politik jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Arus dan dinamika politik jelang Pilpres 2024 bisa berbeda dengan apa yang pernah terjadi menjelang Pilpres 2019 lalu," ungkapnya dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Sabtu (14/5/2022).

Baca Juga: Golkar, PAN dan PPP Siap Bangun Koalisi 'Bertiga Bersatu' Jelang 2024

1. Konvensi untuk memperoleh capres

Pakar Komunikasi Politik UGM, Nyarwi Ahmad. (Tangkapan layar YouTube.com/IDN Times)

Menurut Nyarwi, pertemuan antara ketiga partai politik tersebut setidaknya menyiratkan empat hal.

Pertama, pertemuan ini dilakukan oleh parpol yang belum mempunyai tokoh populer dengan tingkat elektabilitas yang bisa diandalkan untuk Pilpres 2024 yang akan datang. Hal ini akan menimbulkan dua konsekuensi bagi para tokoh yang selama ini dianggap populer dan memiliki elektabilitas potensial oleh lembaga-lembaga survei kredibel.

Apabila Golkar, PAN, dan PPP menyelenggarakan konvensi capres secara terbuka dan demokratis, tokoh-tokoh potensial non ketua umum partai, yang sudah populer dan memiliki potensi akselerasi elektabilitas bagus, punya peluang besar dicalonkan oleh koalisi yang dibangun ketiga partai ini.

"Sebaliknya, jika ketiga partai ini bersepakat untuk mencalonkan pasangan capres-cawapres dari dari kalangan pemimpin maupun tokoh partai tersebut, maka peluang mereka untuk mendapatkan tiket capres atau cawapres dari koalisi dari ketiga partai ini akan lenyap," paparnya.

Menilik tingkat popularitas dan elektabilitas dari pimpinan Partai Golkar, PAN dan PPP, Nyarwi mengatakan, kecil kemungkinan untuk terjadi kondisi yang kedua. Kemungkinan, ketiganya mengambil jalan tengah untuk mendapatkan capres yang paling potensial lewat konvensi.

"Namun, untuk posisi Cawapres kemungkinan salah satu dari ketiga ketua umum parpol ini. Dari ketiganya, peluang Airlangga Hartarto untuk dicalonkan sebagai Cawapres tampaknya paling besar," ungkap pakar komunikasi politik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.

2. Menunjukkan dinamika internal dan eksternal partai semakin memanas

Pertemuan antara Golkar, PAN, dan PPP di Jakarta, Kamis (12/5/2022). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Yang kedua, kata Nyarwi, pertemuan ini juga menunjukkan bahwa dinamika di dalam masing-masing partai maupun antarpartai untuk memaksimalkan peluangnya dalam Pilpres 2024 makin memanas. Tersirat, partai-partai tersebut ogah ketinggalan atau bahkan kehilangan peran dalam arena pilpres.

"Ketiga, pertemuan ini menunjukkan bahwa 'peran partai' dalam mewarnai proses kandidasi hingga pemenangan dalam Pilpres 2024 akan jauh lebih menguat dibandingkan dengan para tokoh atau komunitas relawan pendukung para tokoh-tokoh populer'," ujarnya.

Situasi ini, lanjut dia, agak berbeda dengan situasi menjelang Pilpres 2019 lalu, di mana para pimpinan partai terlihat 'kurang berdaya' di tengah menguatnya tekanan para relawan pendukung para capres dalam pilpres tersebut.

3. Pilpres 2024 akan diramaikan 3-4 episentrum koalisi partai

Pertemuan antara Golkar, PAN, dan PPP di Jakarta, Kamis (12/5/2022). (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)

Keempat, ujar Nyarwi, pertemuan tersebut juga mengindikasikan bursa pertarungan Pilpres 2024 bakal diramaikan dengan tiga atau empat episentrum koalisi partai. Lewat pertemuan ini, pimpinan Golkar ingin menunjukkan bahwa partainya adalah salah satu kelompok penting yang dapat bermain dalam memenangkan Pilpres 2024.

Di luar Golkar, ada tiga partai lain yang bisa menjadi episentrum koalisi, yaitu Nasdem, PDIP dan Gerindra. Jika melihat kondisi saat ini, Nasdem tampaknya akan membangun episentrum koalisi sendiri. Demikian juga PDIP dan Gerindra.

"Dua yang terakhir dapat saja menjadi episentrum koalisi jika mereka memiliki kesepakatan dalam menentukan formasi pasangan Capres dan Cawapres. Namun, peluang mereka berkoalisi sampai saat ini tampaknya masih kecil," terang dia.

Baca Juga: Kata Ahli Soal Sinyal Koalisi Golkar-PAN-PPP saat Isu Beringin Pecah

Berita Terkini Lainnya