Cerita Nizar Bangun Importa dari Toko Pinjaman Orangtua

- Nizar Bawazier memulai usaha dari toko kecil pinjaman orangtuanya di Temanggung pada 2003 dengan modal konsinyasi dan pinjaman kakak.
- Ia berinovasi menghadirkan lemari besi anti rayap pada 2017 yang kemudian booming dan menjadikan Importa market leader.
- Hingga 2025, Importa bermitra dengan 4.500 toko mebel dan menargetkan ekspansi ke ASEAN, khususnya Filipina.
Yogyakarta, IDN Times - Di Kabupaten Temanggung, tahun 2003, seorang anak muda bernama Nizar Bawazier baru saja lulus SMA. Nizar dihadapkan pada dua pilihan yang cukup berisiko kala itu: Melanjutkan berkuliah atau bekerja.
Kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tidak ia ambil. Ia memilih menghidupkan kembali toko mebel sederhana milik orangtuanya. Tapi, jangan bayangkan diberi warisan bisnis lengkap dengan modal dan jaringan. Yang ia dapat hanyalah satu hal: kepercayaan.
“Kalau mau kerja, tak silihi toko neng (aku pinjami toko di) Temanggung. Tapi ya minjemi, bukan ngasih," katanya menirukan ucapan orang tuanya, Rabu (3/9/2025).
1. Dari Toko Berukuran 8x12 Meter

Toko kecil itu berada di kawasan MT Haryono, hanya berukuran 8x12 meter. Dari sinilah semuanya dimulai. Tahun 2004, toko resmi dibuka. Tanpa modal, ia hanya mengandalkan sistem konsinyasi: barang dititipkan, dibayar setelah laku. Margin kecil, tenaga besar. Saat menyadari potensi sofa, ia mulai memproduksi sendiri. Tapi lagi-lagi, tak ada bantuan modal. Pinjaman Rp15 juta dari sang kakak jadi nafas pertama untuk menyewa gudang dan mulai produksi sofa sederhana.
Setiap hari, ia keliling membawa 4-5 set sofa menggunakan mobil pickup, ke Jogja, ke Semarang, ke toko-toko furniture lawas. Ia ingat betul saat sofa-sofanya ludes hanya dalam satu hari. "Jadi sales juga," kenangnya dengan tawa kecil.
Keberuntungan berpihak saat ia nekat masuk dunia pameran. Salah satu Event Organizer (EO) menawari space murah di Galeria Mall Yogyakarta, akhir 2004. 10x10 meter, Rp5 juta. Momen itu juga menjadi titik balik.
Pameran meledak, produk laris. Akhirnya ia mulai mengekspansi model penjualannya: tak hanya toko dan keliling, tapi juga pameran reguler di mal besar seperti Ambarrukmo Plaza, Solo Square, hingga Java Mall Semarang.
"Lambat laun channel kemitraan mulai jalan. Malah sebagian besar omzet justru dari luar toko." Kata Nizar.
2. Modal Nekat Belajar Sampai ke Negeri China

Tahun 2009, Nizar memberanikan diri berangkat ke China. Modal cekak, pengetahuan minim, tapi tekad besar. Ia ingin melihat langsung pameran furniture terbesar di dunia. Banyak pelajaran yang ia dapat dari sana. "Yang penting berangkat dulu. Cah SMA modal wani wae (Anak SMA cuma modal berani)," ujarnya.
Dari perjalanan itu Nizar membangun sistem yang lebih baik dan merintis perusahaan yang kelak dikenal dengan nama Importa. Pasar furniture kelas menengah bawah Indonesia saat itu didominasi produk partikel board. Jamuran, rapuh, rayapan kerap menjadi persoalan saat itu. Ia tahu, harus ada solusi. Tahun 2017, ia memperkenalkan lemari pakaian berbahan besi. Solusi anti rayap dan anti jamur.
Awalnya ditertawakan. Lemari besi? Untuk pakaian? Tapi Nizar yakin, ini masa depan. "Aku bilang ini lemari masa depan. Awalnya sales kecil, lalu aku mulai printing pattern biar tampilannya beda. Lama-lama laku juga," kata CEO Importa itu.
Inovasi ini menjadi momentum besar. Lemari besi Importa mulai booming. Harga terjangkau, tampilan menarik, tahan lama. Target pasar kelas B dan C menyambut antusias. Produknya jadi solusi di tengah minimnya pilihan berkualitas.
3. Membangun Ekosistem UMKM, Mewujudkan Mimpi ke ASEAN

Hingga 2025, Importa punya lebih dari 4.500 mitra toko mebel di seluruh Indonesia, 3.500 di antaranya aktif repeat order. Ia membangun sistem kemitraan yang bukan hanya jualan, tapi juga edukasi: pelatihan, digital marketing, dan pengembangan usaha kecil. "Kami ingin toko-toko kecil bisa naik kelas. Bisa jualan produk berkualitas dengan margin sehat,” ungkap Nizar.
Kini, targetnya bukan hanya Indonesia. Tahun depan, ia menargetkan ekspansi ke Filipina, pasar yang menurutnya bisa ditangkap seperti Indonesia 10 tahun lalu. "Mereka masih dominan partikel. Oleh karena itu, kami ingin menjadi pelopor lemari pakaian berbahan besi," katanya penuh semangat.
Selama 20 tahun lebih berbisnis, Nizar mengaku tak pernah ingkar janji ke supplier. Semua pembayaran tepat waktu. Ia percaya, integritas adalah aset terbesar dalam bisnis. "Saya gak pernah mblenjani janji. Itu yang saya jaga. Kalau orang sudah percaya, peluang akan datang sendiri,” tutur Nizar.
Nizar juga menanamkan nilai-nilai inti di perusahaannya: Brave, Enthusiast, Sinergy, Integrity – atau singkatnya: BESI.
Kini, Importa diakui sebagai market leader di kategori lemari besi. Dua kali masuk top brand. Bahkan, dalam sebulan, mereka bisa menjual hampir 40.000 lemari pakaian. "Saya yakin, pasar kita ini besar. Yang penting konsisten. Kalau nggak konsisten, gak akan dapat momentum,” tutup Nizar.