6 Perbedaan Clout Chaser dan Orang Tulus, Kenali lebih Teliti!

Di era media sosial, banyak orang berlomba tampil demi dikenal dan dianggap eksis. Gak salah memang, semua orang bebas berekspresi, tapi ada juga yang rela melakukan apa saja demi perhatian itulah yang sering disebut clout chaser. Mereka bukan cuma cari validasi, tapi juga rela memanfaatkan orang lain demi popularitas.
Biasanya clout chaser terlihat ramah dan peduli di depan, tapi niatnya akan berbeda saat di belakang. Beda dengan orang tulus yang bertindak tanpa pamrih, clout chaser biasanya punya agenda tersembunyi.
Biar gak salah menilai, yuk kenali enam perbedaan antara clout chaser dan orang yang benar-benar tulus. Kamu bisa lebih selektif dan gak gampang dipermainkan.
1. Niatnya, mencari sorotan vs memberi manfaat

Clout chaser biasanya melakukan sesuatu untuk dilihat orang. Mereka ingin dianggap keren, baik, atau peduli karena ada kamera atau audiens. Sementara orang yang tulus melakukan sesuatu karena ingin membantu, meski gak ada yang tahu. Bagi orang tulus, perhatian orang lain bukanlah sebagai tujuan,
Kalau kamu lihat seseorang bergerak saat ada kesempatan viral atau diliput, bisa jadi itu tanda clout chaser. Sebaliknya, orang yang tulus akan tetap konsisten, baik di depan kamera atau di balik layar. Gak ada niat buat pamer, apalagi memanfaatkan momen demi menaikkan popularitas.
2. Konsistensi momen tertentu vs setiap waktu

Clout chaser sering muncul saat ada momentum yang bisa menaikkan nama mereka. Misalnya, saat ada isu viral, event besar, atau peluang kolaborasi yang bisa bikin dilirik. Setelah itu? Mereka menghilang atau gak pernah kelihatan.
Sementara orang tulus akan tetap ada, baik saat ramai maupun sepi. Mereka gak terikat momen, karena yang mereka lakukan bukan demi panggung.
3. Cara berinteraksi, fokus pada diri sendiri vs tulus mendengarkan orang lain

Clout chaser cenderung interaksi untuk menunjukkan dirinya menarik, peduli, atau punya power. Bahkan saat ngobrol, fokusnya lebih ke "aku", bukan ke kamu. Mereka suka bawa topik ke diri sendiri dan jarang benar-benar mendengarkan. Sebaliknya, orang tulus hadir untuk mendengar, memahami, dan memberi respon yang empatik.
Kamu bisa lihat dari cara mereka merespon apakah cepat menyela atau mau mendengarkan sampai habis. Orang tulus gak perlu merasa lebih hebat atau lebih penting dari orang lain. Mereka gak pakai interaksi buat cari spotlight atau validasi. Sebaliknya, clout chaser sering pakai momen mengobrol untuk memperlihatkan citra yang dibangun. Bedanya tipis, tapi kalau jeli pasti akan terasa.
4. Reaksinya saat gak diperhatikan, menghilang vs tetap ada

Saat tidak mendapat perhatian, clout chaser biasanya langsung mundur atau berubah sikap. Mereka cenderung gak betah kalau jika gak dapat sorotan atau dianggap penting. Sementara orang tulus tetap hadir walaupun gak ada yang memperhatikan. Kehadiran dan bantuan bukan soal balasan, yang penting adalah dampaknya, bukan siapa yang tahu.
Konsistensi ini yang menjadi pembeda utama antara yang benar-benar peduli dan hanya numpang tenar. Jangan ragu menjaga jarak kalau merasa kamu cuma dimanfaatkan.
5. Tindakannya saat sukses, pamer vs bersyukur dan rendah hati

Clout chaser suka pamer keberhasilan, apalagi kalau bisa bikin orang lain kagum. Segala pencapaian jadi bahan konten, bahkan kadang dilebih-lebihkan. Orang tulus lebih memilih bersyukur dan berbagi, bukan sekadar show off. Mereka sadar pencapaian itu hasil kerja keras plus dukungan banyak orang, bukan buat disombongin. Sikap rendah hati jadi ciri khas orang yang tulus, bukan clout chaser.
Bukan berarti orang tulus gak boleh cerita pencapaiannya, tapi mereka tahu kapan dan bagaimana menyampaikannya. Mereka gak memanfaatkan kesuksesan untuk meninggikan diri atau merendahkan orang lain. Justru, mereka lebih suka memotivasi dan memberi inspirasi. Clout chaser kebalikannya, akan lebih fokus ke pengakuan daripada proses. Makanya, kamu bakal kerasa bedanya dari cara mereka membawa diri setelah sukses.
6. Hubungan jangka panjang, hilang setelah dapat manfaat vs tetap bertahan

Clout chaser cenderung dekat dengan dengan orang saat baru membutuhkan. Setelah mendapatkan apa yang dimau, entah itu perhatian, koneksi, atau peluang, bakal menghilang. Orang tulus justru menjaga hubungan meski sudah gak ada kepentingan. Mereka menghargai pertemanan atau kerja sama sebagai hal yang penting, bukan sekadar alat. Hubungan yang mereka bangun punya makna, bukan sekadar strategi.
Kalau kamu merasa seseorang tiba-tiba berubah setelah mendapat keuntungan, bisa jadi itulah clout chaser. Tapi kalau mereka tetap ada, bahkan setelah gak ada manfaat yang bisa diambil, itulah tanda ketulusan. Hubungan yang dibangun orang tulus jauh lebih sehat dan gak bikin capek. Mereka hadir bukan buat numpang tenar, tapi karena menghargai sebagai pribadi. Inilah yang bikin perbedaan mereka terasa di jangka panjang.
Membedakan clout chaser dan orang yang tulus memang gak selalu mudah, apalagi di zaman serba pencitraan. Cobalah lebih jeli dengan memperhatikan niat, sikap, dan konsistensi seseorang. Pilih orang yang tulus hadir di hidupmu.