6 Alasan Kelompok Pertemanan saat Kuliah Gampang Bubar, Ini Pemicunya!

Saat pertama kali kuliah, mahasiswa akan membentuk circle atau kelompok pertemanan yang terasa solid. Nongkrong dan nugas bareng, hingga curhat jadi rutinitas yang bikin hari-hari terasa seru. Tapi lambat laun, kelompok yang dulu erat bisa renggang bahkan bubar. Ini enam alasan kelompok teman kuliah sering bubar di tengah jalan.
1. Perbedaan prioritas

Saat awal kuliah, semua terasa kompak karena rutinitas masih seragam. Tapi seiring waktu berjalan, masing-masing mulai menentukan jalur yang berbeda. Ada yang fokus organisasi, kejar ipk, atau kerja part-time, sehingga jadwal makin sulit disatukan.
Ketika tujuan tidak lagi sejalan, intensitas komunikasi dan pertemuan pun ikut berkurang. Obrolan yang dulu nyambung mulai terasa hambar atau tidak relevan. Tanpa disadari, kebersamaan perlahan menghilang karena prioritas yang berubah.
2. Persaingan akademik

Semakin tinggi semester, nilai dan prestasi mulai jadi hal yang diperebutkan. Beasiswa, magang, atau rekomendasi dosen membuat beberapa teman berubah jadi kompetitor diam-diam. Ada yang menyembunyikan info tugas, atau memilih kerja kelompok dengan orang lain.
Persaingan yang tidak terbuka membuat suasana jadi canggung dan penuh curiga. Kepercayaan yang dulu kuat mulai terkikis oleh rasa iri atau takut tersaingi. Pada akhirnya, circle pun retak karena lebih banyak saling menyimpan perasaan daripada saling mendukung.
3. Drama dan konflik yang tidak diatasi dengan dewasa

Dalam pertemanan, wajar jika muncul konflik atau ketidakcocokan. Sayangnya, tidak semua orang punya kemampuan menyelesaikan masalah secara terbuka dan dewasa. Banyak yang memilih diam, menyindir lewat media sosial, atau membicarakan teman di belakang.
Masalah kecil jadi besar karena tidak ada komunikasi langsung. Kesalahpahaman pun menumpuk hingga sulit diselesaikan. Jika dibiarkan, drama semacam ini bisa menjadi racun yang memecah pertemanan.
4. Perbedaan nilai dan kebiasaan yang mulai mengganggu

Semakin dekat sebuah pertemanan, akan makin terlihat sifat asli anggotanya. Ada yang terlalu bergantung, dominan, atau bahkan pelit. Hal-hal yang awalnya dianggap lucu lama-lama terasa melelahkan jika tidak dibicarakan.
Jika tidak ada saling pengertian atau batas yang jelas, kebiasaan ini bisa menimbulkan gesekan. Circle bisa jadi tempat yang membuat tidak nyaman bagi sebagian anggotanya. Tanpa kompromi, pertemanan yang intens bisa berubah jadi sumber stres.
5. Masuknya orang baru yang mengubah dinamika

Kelompok bisa berubah ketika ada orang baru yang masuk dan langsung klik dengan salah satu anggota. Kadang orang baru ini membawa energi atau gaya komunikasi yang berbeda, dan tidak semua bisa menyesuaikan. Beberapa merasa tersisih atau tidak cocok lagi.
Kelompok yang awalnya utuh bisa terpecah dan menjadikan suasana tidak senyaman dulu karena chemistry sudah bergeser.
6. Kehidupan setelah lulus kuliah

Setelah lulus dari dunia perkuliahan, setiap orang dalam circle akan sibuk dengan urusannya masing-masing. Ada yang mulai sibuk kerja, pindah tempat tinggal, atau fokus ke keluarga dan urusan pribadi. Hal ini membuat waktu untuk circle jadi makin terbatas.
Kesibukan setelah lulus membuat komunikasi jarang terjadi. Bahkan saat ada waktu, energi untuk berkumpul kadang sudah habis oleh aktivitas lain. Ketika interaksi semakin jarang, circle pun perlahan menghilang begitu saja.
Bubarnya pertemanan teman kuliah bukan berarti gagal, tapi memang bagian dari proses tumbuh dewasa. Setiap orang punya arah hidup dan ritme yang berbeda. Terpenting, hargai setiap momen bersama, dan tetap jaga silaturahmi meski tidak selalu sejalan.