Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

4 Perbedaan Antara Self-Love dan Pick Me Syndrome, Jangan Salah Kaprah

Ilustrasi wanita tertawa bahagia (Pexels.com/Matthias Cooper)

Akhir-akhir ini istilah self-love semakin populer, orang mulai menyadari pentingnya menghargai diri sendiri dan tidak lagi mengandalkan validasi dari orang lain.

Ada juga fenomena yang dikenal sebagai pick me syndrome. Istilah ini merujuk pada perilaku seseorang yang mencari pengakuan dengan cara merendahkan diri atau bahkan orang lain demi mendapat perhatian.  

Sayangnya, banyak orang sering salah kaprah antara keduanya. Self-love yang tulus bisa saja terlihat seperti pick me behavior di mata orang lain, atau sebaliknya. Nah, supaya kamu gak bingung, yuk bahas empat cara membedakan self-love dan pick me syndrome.  

1. Self-love tidak merendahkan orang lain

Ilustrasi menertawakan orang lain (Pexels.com/Keira Burton)

Orang dengan self-love tidak merasa perlu menjatuhkan orang lain untuk merasa lebih baik. Mereka memahami bahwa setiap orang punya perjalanan hidup masing-masing dan saling mendukung.   

Sebaliknya, pick me syndrome sering membuat seseorang merendahkan orang lain untuk mendapatkan perhatian. Misalnya,  "Aku gak kayak cewek lain yang ribet," atau, "Aku cowok yang beda, gak suka gengsi." Pernyataan semacam ini seolah menunjukkan bahwa mereka lebih baik dari orang lain, padahal sebenarnya ini hanya cara untuk mendapatkan pengakuan.  

2. Self-love berani menetapkan batasan

Ilustrasi pertemanan sehat (Pexels.com/Liza Summer)

Self-love adalah tentang menjaga batasan dan tidak membiarkan orang lain memperlakukanmu dengan tidak baik. Mereka yang mencintai dirinya sendiri tahu kapan harus berkata tidak tanpa merasa bersalah, karena mereka memahami nilai dan batasan diri.  

Sebaliknya, pick me syndrome sering mengabaikan batasan mereka sendiri demi diterima oleh orang lain. Mereka cenderung terlalu memaksakan diri untuk menyenangkan semua orang, bahkan jika itu merugikan mereka. Jadi, self-love berarti menghormati diri sendiri, sementara pick me bisa mengorbankan diri demi validasi.  

3. Self-love tidak berlebihan dalam berekspresi

Ilustrasi hangout bersama (Pexels.com/Kampus Production)

Ciri lain dari self-love adalah sikap yang seimbang dan tidak berlebihan dalam menunjukkan diri. Mereka yang menyintai diri sendiri tidak perlu memamerkan setiap pencapaian atau kebiasaan baiknya hanya untuk terlihat lebih unggul. Self-love adalah perjalanan membahagiakan diri sendiri yang tidak selalu diumbar ke orang lain.  

Sedangkan pick me syndrome akan membuat seseorang merasa perlu menjadi pusat perhatian. Mereka mungkin sengaja memamerkan kesederhanaan atau kesempurnaannya untuk memancing pujian, seperti, "Aku tuh orangnya gak ribet, makan apa saja masuk," padahal itu hanyalah cara untuk mendapat validasi.  

4. Self-love berdamai dengan kekurangan diri

Ilustrasi wanita tertawa bahagia (Pexels.com/Tudolfo Quirós))

Orang yang mencintai dirinya sendiri tidak hanya menerima kelebihan, tetapi juga kekurangan. Mereka tahu bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Mereka fokus untuk berkembang, bukan menyembunyikan kelemahan atau menjadikannya bahan pencitraan.  

Sebaliknya, orang dengan pick me syndrome menggunakan kekurangannya sebagai alat untuk menarik perhatian, seperti mengasihani diri sendiri secara berlebihan di depan orang lain. Mereka cenderung mencari simpati tanpa benar-benar berusaha untuk berubah. Perbedaan mendasarnya, self-love adalah tentang penerimaan diri, sementara pick me lebih ke teknik manipulasi untuk mendapatkan perhatian.  

Self-love dan pick me syndrome memang bisa terlihat mirip, tapi jika dipahami lebih dalam, keduanya mempunyai perbedaan yang jelas. Self-love adalah tentang mencintai dan menerima diri sendiri, sementara pick me syndrome cenderung ingin mendapatkan validasi dari orang lain.  

Jadi, daripada sibuk mencari pengakuan, mulailah belajar mencintai dirimu apa adanya. Kebahagiaanmu tidak bergantung pada orang lain, melainkan pada dirimu sendiri. Ingat, self-love bukanlah egois, melainkan bentuk terbaik dari menghargai diri.  

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us