Meski Berniat Baik, Hindari 3 Perilaku Ini saat Berinteraksi

Pada dasarnya niat dan perbuatan baik merupakan hal yang mulia. Pasalnya selain membuat kamu disukai banyak orang, berbuat baik adalah bentuk kepedulian dan kasih sayang terhadap sesama dan lingkungan. Kalau dilakukan dengan tulus, ini akan memberikan lebih banyak manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Meskipun demikian, kita juga perlu ingat bahwa tidak semua niat baik yang kita lakukan bisa diterima dengan baik pula oleh orang lain. Bukan berarti mereka abai atau tidak peduli, namun bisa jadi karena bertolak belakang dengan kondisi atau kebutuhan mereka. Sehingga penting bagi kita belajar mengubah sudut pandang bahwa sesuatu yang menurut kita baik belum tentu sama baiknya bagi orang lain.
Nah, meski niatmu baik, sebaiknya hindari 3 hal ini ketika berinteraksi. Ikuti daftarnya di bawah ini, ya!
1. Memberikan saran yang tidak diminta oleh orang lain

Saran menjadi salah satu hal yang dibutuhkan seseorang ketika menghadapi sebuah masalah. Ini akan membantu mereka untuk mendapatkan jalan keluar. Tetapi meskipun niatnya memang baik, kamu juga perlu menahan diri untuk tidak terburu-buru memberikan saran yang tidak diminta oleh orang lain. Sebab bukan sepele, saran yang tidak diminta lebih terkesan mengkritik daripada membantu. Selain itu, mereka juga akan merasa dibatasi kemampuannya untuk mencari tahu masalahnya sendiri.
Maka dari itu, kamu juga perlu menghentikan kebiasaan tersebut. Mulailah ubah sudut pandang bahwa ketika seseorang bercerita tidak serta-merta mereka membutuhkan saran. Bisa jadi mereka hanya membutuhkan telinga untuk mendengar atau ingin memproses masalah yang terjadi dan mendapatkan dukungan. Namun, kalau kamu memang ingin memberikan saran, minta izin terlebih dahulu dan tanya apakah dia memang membutuhkan atau tidak.
2. Berusaha mengubah seseorang menjadi lebih baik versi kamu

Wajar rasanya jika kamu ingin memberikan perhatian yang terbaik bagi orang-orang terdekat. Hal ini memang penting sebagai bentuk rasa kasih sayang. Namun yang menjadi masalah yaitu ketika kamu memiliki keinginan mengubah seseorang menjadi lebih baik versi diri kamu. Misalnya dalam sebuah hubungan. Kamu mencoba mengubah pasangan, agar memiliki kebiasaan atau kesukaan yang sama dengan kamu.
Meskipun mungkin niatnya baik, hal tersebut justru bisa menimbulkan tekanan atau perasaan tidak bahagia. Mengapa demikian? Karena setiap orang juga memiliki keinginan dan cara pandang yang tidak selalu sejalan dengan kita. Lebih dari itu, mengubah seseorang itu sulit, apalagi jika tidak ada usaha dan keinginan kuat dari diri mereka sendiri.
Maka dari itu, kamu gak bisa meyakinkan seseorang bahwa ia harus berubah. Namun kamu bisa memberikan motivasi mereka untuk tidak pernah menyerah, atau mendampingi ketika mendapat masalah. Sehingga nantinya ada sikap saling mengasihi dan penerimaan. Kecuali jika perbedaan tersebut berupa hal yang gak bisa ditoleransi, jangan gegabah dan pertimbangkan juga risiko yang terjadi.
3. Memberikan motivasi namun dengan menceritakan masalah orang lain yang lebih buruk

Memberikan motivasi kepada seseorang ketika ia sedang mendapatkan masalah juga menjadi hal yang baik. Tapi perlu dibedakan, berusaha menyemangati orang lain namun dengan menceritakan masalah yang lebih buruk juga sebaiknya dihindari. Meskipun niatnya baik agar mereka lebih semangat, ini termasuk toxic positivity, lho.
Misalnya kamu mengucapkan kalimat seperti ‘kamu sebenarnya lebih mending, ada orang yang lebih rumit masalah hidupnya'. Meskipun sekilas memberikan harapan, namun ini bisa memicu perasaan tidak dihargai. Bukannya lebih baik, justru bisa bikin perasaan mereka memburuk atau bahkan down. Padahal bercerita bukan merupakan ajang pencarian siapa yang paling menderita, bukan?
Maka dari itu kamu perlu berhati-hati dan menimbang setiap ucapan. Berikan motivasi dan saran tanpa harus menganggap enteng masalah seseorang. Toh, mereka sebenarnya juga gak ingin berada pada kondisi sulit seperti itu, kan. Jadi dibanding memberikan respons seperti menyuruh mereka mencari hikmah permasalahan atau membandingkan dengan kondisi yang lebih buruk, akan lebih baik jika kita berempati dan mengakui perasaan mereka.
Sekali lagi, niat dan perbuatan baik merupakan hal yang mulia dan membantu. Apalagi jika dilakukan dengan tulus, ini akan memberikan lebih banyak manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Meskipun begitu ingat, sesuatu yang menurut kita baik belum tentu sama bagi orang lain. Sehingga penting bagi kita untuk memperluas sudut pandang.