Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Film Terkenal yang Membuka Tabir Realitas Kemiskinan Suatu Negara

Capernaum (dok. Sony Pictures Classics/Capernaum)
Capernaum (dok. Sony Pictures Classics/Capernaum)
Intinya sih...
  • Slumdog Millionaire (2008)Film tentang kehidupan keras di kawasan kumuh Mumbai, menggambarkan eksploitasi, kekerasan, dan kelaparan. Meraih delapan Piala Oscar.
  • Parasite (2019)Kisah dua keluarga dari strata ekonomi yang sangat berbeda di Korea Selatan. Memenangkan Palme d'Or di Cannes dan empat Piala Oscar.
  • The Pursuit of Happyness (2006)Berdasarkan kisah nyata Chris Gardner, memperlihatkan bahwa kemiskinan bisa menimpa siapa saja di Amerika Serikat.

Kemiskinan adalah realitas pahit yang dialami oleh jutaan orang di berbagai belahan dunia. Di balik gemerlap kota dan teknologi modern, banyak kisah getir tentang ketidaksetaraan, kelaparan, dan ketidakadilan yang kerap terabaikan. Dunia perfilman menjadi salah satu medium yang sangat kuat dalam menyuarakan realitas sosial tersebut.

Beberapa film bahkan bukan sekadar tontonan, melainkan bentuk kritik sosial yang tajam. Film-film ini tidak hanya menyentuh hati penonton, tetapi juga mengajak mereka untuk berpikir lebih dalam tentang sistem sosial, ekonomi, dan politik yang menciptakan jurang kaya dan miskin. Berikut lima film terkenal yang berhasil membuka tabir kenyataan akan kemiskinan di berbagai tempat di dunia dilansir Rogerebert.com.

1. Slumdog Millionaire (2008)

cuplikan film Slumdog Millionaire (2008) (dok. Searchlight Pictures/Slumdog Millionaire

Film ini menggambarkan kehidupan keras di kawasan kumuh Mumbai lewat kisah Jamal Malik, seorang anak yatim piatu yang mengikuti kuis "Who Wants to Be a Millionaire?". Melalui alur yang maju-mundur, penonton diajak menyusuri masa kecil Jamal yang penuh dengan eksploitasi, kekerasan, dan kelaparan. Gambar-gambar padat penduduk, saluran air kotor, serta anak-anak yang harus bertahan hidup di jalanan, menjadi cerminan nyata dari kemiskinan di India.

Meski dikritik oleh sebagian kalangan karena dianggap menjual kemiskinan, film ini tetap berhasil menarik perhatian dunia pada sisi lain dari kota megapolitan seperti Mumbai. Slumdog Millionaire meraih delapan Piala Oscar, termasuk Film Terbaik, dan menjadikan kisah kumuh ini tak lagi tersembunyi di balik dinding kota yang menjulang tinggi. Ia membuktikan bahwa harapan dan perjuangan bisa lahir bahkan dari tempat paling terabaikan.

2. Parasite (2019)

cuplikan film parasite (2019) (dok. Barunson E&A/parasite

Film ini bukan hanya sukses besar secara sinematik, tapi juga sebagai kritik sosial kelas yang sangat relevan. Parasite (2019) mengisahkan dua keluarga dari strata ekonomi yang sangat berbeda: keluarga Kim yang hidup di semi-basement kumuh, dan keluarga Park yang tinggal di rumah mewah nan modern. Ketimpangan yang mencolok diperlihatkan secara tajam dan tragis dalam film ini.

Lewat berbagai simbol dan metafora, Bong Joon-ho sang sutradara menunjukkan bagaimana kemiskinan bukan hanya tentang materi, tapi juga soal kehilangan martabat dan kesempatan. Film ini berhasil memenangkan Palme d'Or di Cannes dan empat Piala Oscar, termasuk Film Terbaik. Parasite menjadi pengingat keras bahwa di balik kemajuan ekonomi Korea Selatan, masih ada masyarakat yang hidup terpinggirkan dan tak terlihat.

3. The Pursuit of Happyness (2006)

cuplikan film The Pursuit of Happyness (2006) (dok. Columbia pictures/The Pursuit of Happyness

Dibintangi oleh Will Smith dan berdasarkan kisah nyata Chris Gardner, film ini memperlihatkan bahwa bahkan di negara sebesar Amerika Serikat, kemiskinan bisa menimpa siapa saja. Chris, seorang ayah tunggal, berjuang untuk bertahan hidup bersama putranya di tengah ketidakpastian ekonomi, kehilangan tempat tinggal, dan tidur di toilet umum demi masa depan yang lebih baik.

Film ini membuka mata penonton tentang bagaimana sistem sosial di negara maju tak selalu menjamin kesejahteraan. Meskipun mengusung tema inspiratif, film ini juga menggambarkan sisi pahit dari ketimpangan yang masih terjadi di negara adidaya tersebut. Banyak orang menyadari bahwa kemiskinan tidak mengenal ras, latar pendidikan, atau lokasi geografis, dan bisa menghampiri siapa pun.

4. City of God (2002)

cuplikan film City of God (2002) (dok. O2 Filmes VideoFilmes/City of god

Berlatar di kawasan kumuh Rio de Janeiro, film ini mengangkat kehidupan geng jalanan, perdagangan narkoba, dan kekerasan yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari anak-anak di sana. "City of God" adalah karya yang brutal, realistis, dan tanpa kompromi dalam menggambarkan wajah kemiskinan yang paling gelap. Anak-anak yang harus memilih antara mati kelaparan atau bergabung dengan geng menjadi potret memilukan dari kondisi sosial yang rusak.

Film ini bukan hanya membuat dunia sadar akan kondisi di favela Brasil, tetapi juga membuka percakapan global tentang bagaimana kemiskinan bisa melahirkan lingkaran setan kekerasan. Dengan sinematografi yang kuat dan naskah yang menyayat, City of God menjadi salah satu film berbahasa non-Inggris yang paling berpengaruh di dunia, masuk nominasi Oscar, dan menjadi kajian wajib bagi para pemerhati isu sosial.

5. Capernaum (2018)

cuplikan film Capernaum (2018) (dok. Mooz films/Capernaum

Disutradarai oleh Nadine Labaki, Capernaum (2018) adalah film yang mengisahkan tentang Zain, seorang anak kecil yang menuntut orang tuanya karena telah melahirkannya ke dunia penderitaan. Latar belakangnya adalah lingkungan kumuh Beirut yang penuh dengan imigran ilegal, perdagangan anak, dan pengabaian hak-hak dasar manusia.

Capernaum adalah film yang menyayat hati, menghadirkan realitas keras tentang anak-anak miskin yang tidak punya akses pendidikan, identitas hukum, atau masa depan. Film ini bukan hanya meraih penghargaan internasional, tapi juga menggugah banyak orang untuk lebih sadar terhadap nasib anak-anak di pinggiran masyarakat yang tak terdengar suaranya.

Film adalah jendela yang memperlihatkan kenyataan, dan lima film di atas berhasil menjalankan fungsinya sebagai pengungkap realitas sosial, khususnya tentang kemiskinan. Mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga mengedukasi dan menginspirasi perubahan. Lewat kisah-kisah yang emosional, menyentuh, dan nyata, film-film tersebut memberi ruang bagi suara-suara yang selama ini tertelan oleh hiruk-pikuk dunia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us