Mahasiswa UNY Sulap Kotoran Burung Puyuh Jadi Pupuk Tanaman  

Warga berulang kali gagal membuat pupuk dari kotoran burung

Yogyakarta, iDN Times - Pupuk sebagai salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini terkait dengan fungsi utama pupuk yaitu sebagai penyedia unsur hara tanaman, yang akan semakin sedikit tersedia di alam karena diserap tanaman.

Kebutuhan unsur hara dan ketersediaannya yang tidak seimbang di alam, membuat pupuk menjadi solusi atas masalah kecukupan kebutuhan unsur hara tanaman yang dibudidayakan.

Sejumlah mahasiswa KKN Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Desa Gajahan, Colomadu, Karanganyar menyupal kotoran burung puyuh sebagai pupuk tanaman sayur di desanya. Para mahasiswa berasal dari beberapa fakultas yang berbeda, yaitu Fauzan Margi Wijayanto prodi PGSD, Putri Oktaviani, mahasiswa Fakultas Pendidikan Luar Biasa, Krista Laila Afifah, Pendidikan Administrasi Perkantoran, Kharisma, Pendidikan Geografi, Luthfiana Nada Faiha Mufidah, Ilmu Keolahragaan, Zaqya Risda Rakhmasari, Pendidikan Akuntansi, Marini Azzah Afifah PJSD, Fahrul Ahmad Fauzi, Pendidikan Teknik Informatika, Sekar Arum Purnama Jati,  Pendidikan Ekonomi dan Yahya Irawan, Pendidikan Teknik Mesin.

1. Kotoran buurng puyuh hanya dibuang tempat pembuangan sampah dan sungai

Mahasiswa UNY Sulap Kotoran Burung Puyuh Jadi Pupuk Tanaman  pixabay.com/CallyL

Pupuk terdiri dari beberapa jenis di antaranya pupuk alam atau pupuk buatan. Salah satu pupuk yang dapat dikategorikan sebagai pupuk alam adalah pupuk kandang yang terbuat dari kotoran burung puyuh.

Menurut Fauzan Margi Wijayanto di Desa Gajahan banyak peternak burung puyuh sebagai sentra peternakan puyuh di Colomadu. “Hal yang menimbulkan masalah adalah saat limbah kotoran burung puyuh tersebut hanya dibuang di TPS dan belum dimanfaatkan secara optimal sehingga menimbulkan polusi udara karena bau yang tidak sedap” kata Fauzan, Senin (26/9/2022).

2. Warga gagal membuat pupuk dari kotoran burung

Mahasiswa UNY Sulap Kotoran Burung Puyuh Jadi Pupuk Tanaman  Sejumlah mahasiswa KKN Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) di Desa Gajahan, Colomadu, Karanganyar mengolah kotoran burung puyuh/ Humas UNY

Beberapa warga juga kedapatan membuang limbah kotoran puyuh di sepanjang jalan menuju TPS ataupun di sungai sehingga menimbulkan permasalahan baru. Ketika peternakan puyuh masih menjadi sektor utama di Desa Gajahan, desa ini mampu menghasilkan limbah kotoran burung puyuh sekitar 1 ton setiap minggunya, namun dengan berkurangnya jumlah peternak puyuh dan tingginya biaya produksi yang digunakan dalam beternak puyuh maka di Desa Gajahan saat ini hanya menghasilkan sekitar 400 kg - 500 kg setiap minggunya.

Putri Oktaviani menambahkan ketika musim kemarau tiba dan limbah kotoran puyuh itu kering terdapat beberapa petani di daerah Cepogo, Boyolali yang mengambil limbah kotoran burung puyuh tersebut untuk dijadikan pupuk sayur. “Namun dalam proses pemanfaatan pupuk ini membutuhkan jeda waktu yang cukup lama antara proses penebaran dengan waktu tanam karena pupuk yang belum difermentasi” katanya.

Sementara itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Gajahan belum memanfaatkan limbah kotoran burung puyuh untuk bercocok tanam. Meskipun beberapa sudah pernah mencoba memanfaatkan, usaha tersebut gagal dikarenakan limbah kotoran burung puyuh yang belum diproses mempunyai suhu dan amonia yang tinggi sehingga mematikan tanaman. Oleh karena itu mahasiswa KKN UNY berinisiatif untuk mengolahnya menjadi pupuk.

Baca Juga: Mahasiswa UNY Olah Limbah Kulit Singkong Jadi Mi Bebas Gluten  

Baca Juga: Mahasiswa UNY Tewas Tersengat Listrik saat Main Bola Basket

3. Proses fermentasi kotoran burung puyuh

Mahasiswa UNY Sulap Kotoran Burung Puyuh Jadi Pupuk Tanaman  ilustrasi puyuh (unplash.com/Sagar Paranjape)

Krista Laila Afifah mengatakan proses pengolahan pupuk ini dibantu oleh salah satu perangkat desa yang berpengalaman kerja di salah satu pabrik pupuk di Klaten. Proses pengolahan limbah menggunakan formula yang memanfaatkan cairan EM4, glukosa dan bubuk Trichoderma. Obat tersebut merupakan obat yang cukup murah dan dapat digunakan untuk menurunkan amonia dan membantu proses fermentasi sehingga bisa dijadikan sebagai pupuk kandang siap pakai. Dalam pelaksanaannya 1 botol EM4 dapat digunakan untuk memfermentasi sekitar 1 ton kotoran puyuh dengan lama proses fermentasi selama 1-2 minggu.

Cara membuatnya, sebelum di fermentasi limbah kotoran burung puyuh dikeringkan dengan cara dijemur. Lalu bubuk trichoderma dicampurkan ke dalam limbah kotoran burung puyuh yang sudah kering. Selanjutnya cairan EM4 dicampur dengan glukosa dan air dengan perbandingan 1:1:50 dan disemprotkan pada limbah kotoran burung puyuh yang sudah dikeringkan. Setelah itu pupuk dimasukkan ke karung dan ditunggu 1-2 minggu. Setelah proses fermentasi pupuk siap digunakan.

Menurut Kharisma pemanfaatan pupuk yang sudah jadi akan dimanfaatkan oleh KWT untuk menambah kesuburan tanah dan meningkatkan hasil pertanian khususnya oleh KWT di Desa Gajahan. Selain itu mahasiswa KKN di Desa Gajahan juga berencana untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada anggota KWT mengenai pembuatan dan pemanfaatan pupuk kandang dari limbah kotoran puyuh sehingga program tersebut dapat berlanjut dan bermanfaat setelah mahasiswa KKN sudah selesai mengabdi di Desa Gajahan.

Kaur Umum Desa Gajahan Bambang Tri Admojo memaparkan jumlah kotoran puyuh yang terkumpul setiap tiga hari sekali itu berkisar 300 kilogram. Yang berpotensi diolah menjadi pupuk sekitar 75 persen karena sisanya masih banyak partikel pakan yang tidak sempurna dicerna.

Baca Juga: Mahasiswa UNY Ciptakan Penggorengan Kerupuk Rendah Kandungan Minyak 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya