Permainan Sibaya, Kenalkan Kebudayaan Jawa lewat Cara Asyik

Belajar sambil bermain, nih!

Sleman, IDN Times - Untuk mengedukasi siswa mengenai kebudayaan Jawa, Pusat Studi Kebudayaan (PSK) Universitas Gadjah Mada membuat produk permainan papan edukasi berbahasa Jawa berbasis budaya Jawa.

Permainan yang diberi nama Sibaya ini merupakan akronim dari Sinau Basa lan Budaya (Belajar Bahasa dan Budaya). Produk ini pun telah terdaftar dalam pencatatan perlindungan ciptaan. 

Baca Juga: Dewan Energi Mahasiswa UGM Sulap Cageran Sleman Menjadi Desa Energi 

1. Pentingnya penanaman karakter

Permainan Sibaya, Kenalkan Kebudayaan Jawa lewat Cara AsyikIlustrasi anak-anak (IDN Times/Besse Fadhilah)

Plt Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM, Sri Ratna Saktimulya, menjelaskan pembuatan permainan ini dilatarbelakangi oleh pentingnya penanaman karakter dan budi pekerti pada anak melalui pembelajaran kebudayaan. Di mana saat ini  banyak anak-anak yang sudah mengabaikan pembelajaran kebudayaan khususnya Jawa.

"Selain itu, banyak anak mulai tidak mempedulikan sopan santun dan meninggalkan budayanya sendiri," ungkapnya pada Senin (1/11/2021).

2. Adopsi konsep permainan ular tangga

Permainan Sibaya, Kenalkan Kebudayaan Jawa lewat Cara Asyikid.wikipedia.org

Menurut Ratna, pembuatan alat peraga ini diadopsi dari konsep permainan papan ular tangga. Permainan ini disusun sebagai keperluan pembelajaran bahasa dan budaya bagi anak-anak usia sekolah dasar. Permainan Sibaya sendiri memuat soal-soal dan pertanyaan sebagai sarana anak-anak belajar bahasa dan kebudayaan Jawa dengan mudah dan menyenangkan. 

“Istimewanya, permainan ular tangga Sibaya ini menggunakan bahasa Jawa serta ada kurang lebih seratus kartu pertanyaan yang berisi penguasaan bahasa, tingkat tutur, kesusastraan, kesenian, serta adat sopan santun,” katanya.

3. Dilengkapi buku panduan dalam tiga bahasa

Permainan Sibaya, Kenalkan Kebudayaan Jawa lewat Cara AsyikIlustrasi aksara Jawa. IDN Times/Febriana Sinta

Ratna menjelaskan, Sibaya ini juga dilengkapi dengan buku panduan bermain dalam tiga bahasa yaitu Jawa, Indonesia, dan Inggris. Hal ini membuat, orangtua atau tenaga pendidik tidak perlu bingung dan dapat memandu anak-anak dalam bermain.

Lebih lanjut, Ratna menyampaikan jika Sibaya ini bulan sekadar alat peraga edukasi, dasar pembelajaran Sibaya juga mengandung pembelajaran dalam perkembangan karakter anak yang sudah dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara dalam konsepnya yakni Tri-Nga yakni Ngerti, Ngrasakke, Nglakoni (Mengetahui, Merasakan, dan Melakukan).

 “Hal inilah yang berusaha kami angkat kembali mengingat bahwa nilai-nilai luhur dalam pembelajaran kebudayaan tetap relevan di setiap zaman,” paparnya.

Baca Juga: Epidemiolog UGM Nilai PCR dan Antigen untuk Angkutan Lokal Tak Efektif

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya