Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Profil Nyi Ageng Serang, Pahlawan Perempuan Ikon Kulon Progo

Potret Nyi Ageng Serang (pramuka.uin-suka.ac.id)
Intinya sih...
  • Nyi Ageng Serang adalah pahlawan perempuan yang ikonik di Kabupaten Kulon Progo, DIY.
  • Ia merupakan keturunan Sunan Kalijaga dan memimpin perang melawan VOC.
  • Memiliki keberanian tanpa batas dan dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional.

Membahas mengenai pahlawan perempuan di Indonesia, kamu mungkin khatam dengan nama RA Kartini, Cut Nyak Dien, atau Dewi Sartika. Namun, tahukah kamu tentang nama Nyi Ageng Serang yang sosoknya menjadi ikon Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)?

Sosoknya dikenal pemberani dan tak ragu turut angkat senjata, gak heran jika dirinya diabadikan dalam sebuah patung besar menunggang kuda yang diletakkan di tengah kota Wates, Kulon Progo. Supaya makin mengenal Nyi Ageng Serang, yuk, simak profilnya berikut ini!

1. Lahir dan besar di Serang dekat Kota Solo

Potret Nyi Ageng Serang (budaya.jogjaprov.go.id)

Dikutip dari laman Benteng Vredeburg, Nyi Ageng Serang lahir tahun 1752 dengan nama Raden Ajeng Kustiah Retno Adi. Bukan sebarang perempuan, ia adalah anak dari Pangeran Notoprojo yang tak lain adalah Bupati Serang yang daerahnya terletak 14 km di sebelah utara Kota Solo, Jawa Tengah. Dari berbagai sumber, disebutkan bahwa Nyi Ageng Serang masih keturunan dari Sunan Kalijaga. 

Pangeran Notoprojo lantas diangkat menjadi panglima perang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atau yang juga dikenal sebagai Pangeran Mangkubumi. Sayangnya, kala Pangeran Notoprojo memimpin peperangan melawan VOC karena menolak adanya perjanjian Giyanti, putranya gugur dalam perang tersebut. 

Karenanya, tongkat kepemimpinan perang diserahkan kepada sang putri atau Nyi Ageng Serang. Bukan tanpa alasan mengapa sang ayah memilih dirinya yang seorang perempuan. 

DIlansir laman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Nyi Ageng Serang mengikuti pelatihan kemiliteran dan siasat perang bersama prajurit pria. Beliau bahkan memiliki siasat perang yang terkenal yang menggunakan lembu atau daun talas hijau sebagai penyamaran. Sayangnya, ia pada perang selanjutnya ia kalah dalam jumlah pasukan dan persenjataan yang akhirnya diasingkan ke Yogyakarta meski tak lama. 

2. Sempat menikah dengan Sri Sultan Hamengku Buwono II

Patung Nyi Ageng Serang di Kulon Progo (Google Maps/Patung Nyi Ageng Serang)

Kehidupan dewasa Nyi Ageng Serang penuh liku. Di usia mudanya, ia pernah menikah dengan Raden Mas Sundoro atau yang kemudian dikenal sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono II. Pernikahan mereka tak berlangsung lama, setelah kembali ke Serang usai dikirim ke Yogyakarta ia menikah untuk kedua kalinya dengan Pangeran Kusumawijaya.

Keduanya memiliki kesamaan sebagai penentang kesewenang-wenangan Belanda pada pribumi. Sayangnya, perang melawan Belanda turut merenggut nyawa Pangeran Kusumawijaya. 

3. Sang ahli siasat perang

Potret Nyi Ageng Serang (vredeburg.id)

Nyi Ageng Serang adalah perempuan yang tak mengenal kata takut dan menyerah. Di usianya yang ke-73, ia masih membersamai Perang Diponegoro melawan Belanda tepatnya tahun 1825. Ia tak hanya maju berperang, melainkan mengatur siasat perang. 

Nyi Ageng Serang pernah langsung memimpin gerilya di sekitar desa Beku yang terletak di Kabupaten Kulon Progo. Dan atas permintaan Diponegoro ia mendekati wilayah Yogyakarta dengan bermarkas di Prambanan.

Nyi Ageng Serang wafat di usia 76 tahun dan meminta untuk dimakamkan di Desa Beku. Karena jasa dirinya yang begitu besar, Nyi Ageng Serang dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional seperti yang tertulis dalam Keputusan Presiden RI No. 084/TK/ Tahun 1974, tertanggal 13 Desember 1974.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dyar Ayu
Paulus Risang
Dyar Ayu
EditorDyar Ayu
Follow Us