Motif Gurda pada Batik Jogja, Siapa yang Boleh Memakainya?

- Batik Gurda berasal dari kata Garuda, melambangkan kekuatan, keberanian, dan kebijaksanaan.
- Gurda juga melambangkan matahari dan memiliki makna keberanian, kekuasaan, perlindungan, hingga harapan masa kejayaan.
- Motif ini memiliki fungsi personal (spiritual), sosial (identitas status), dan fisik (bagian dari industri).
Batik Yogyakarta memiliki beragam motif yang sarat makna dan filosofi, salah satunya adalah Gurda. Gurda berasal dari kata Garuda, dalam mitologi Hindu Jawa burung ini melambangkan kekuatan, keberanian, dan kebijaksanaan.
Dalam batik, motif Gurda sering digunakan oleh kalangan bangsawan maupun tokoh-tokoh berpengaruh saat memimpin upacara adat. Motif ini mencerminkan kedudukan hingga harapan kehidupan yang semakin baik.
Berikut makna dan fungsi motif Gurda pada Batik Jogja, serta perkembangannya di masa kini. Yuk, simak dan pelajari agar salah satu warisan budaya ini terus lestari.
1. Motif Gurda tak sekedar hiasan untuk memperindah pakaian

Gurda melambangkan makhluk mitologi yang memiliki kekuatan besar. Dikutip buku karya Susanti (1980), berjudul Seni Kerajinan Batik Indonesia, dalam kepercayaan Jawa, penggambaran Gurda menyerupai makhluk sakti bertubuh manusia dengan kepala burung raksasa, dan memiliki sayap yang kuat.
Lebih dari simbol dalam mitologi, Garuda juga melambangkan matahari, hal ini merepresentasikan sumber energi dan kehidupan. Matahari sering diumpamakan sebagai sosok yang punya kewenangan, seperti Raja atau pemimpin masyarakat.
Motif ini tak sekadar hiasan yang mampu memperindah pakaian, tapi juga memiliki makna keberanian, kekuasaan, perlindungan, hingga harapan masa kejayaan. Motif ini kerap dikenakan bangsawan maupun pemimpin ketika menghadiri acara penting.
2.Fungsi motif Gurda di pemakaiannya

Motif Burung Garuda pada batik memiliki fungsi yang luas mencakup spiritual, sosial hingga ekonomi. Mengutip jurnal Fungsi Motif Gurda pada Batik Yogyakarta yang ditulis Septianti, terdapat tiga fungsi yaitu personal, sosial, dan fisik.
1. Fungsi personal, yaitu terkait spiritual dan simbol harapan
Motif ini sebagai media untuk mengungkapkan perasaan atas harapan seseorang untuk mendapatkan keberkahan, rasa aman, dan keberanian.
2. Fungsi sosial, sebagai identitas status seseorang dalam masyarakat
Terkait fungsi sosial, motif Gurda menunjukkan tingkatan status seseorang dalam lingkungan masyarakat. Dalam budaya Yogyakarta, motif ini sering dijumpai pada batik larangan yaitu jenis batik yang hanya dikenakan keluarga Keraton.
Batik dengan motif ini berfungsi simbol penghormatan. Saat kegiatan upacara adat, pemakainya menunjukkan kedudukannya. Motif ini hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki posisi istimewa.
3. Fungsi fisik, sebagai bagian dari industri
Di luar nilai spiritual dan sosial, motif Gurda juga bagian dari industri. Awalnya, penggunaan batik di Yogyakarta terbatas pada strata tertentu saja. Kini, mulai meluas keluar wilayah Keraton dan berkembang dalam sektor ekonomi hingga pariwisata.
3. Menjadi oleh-oleh khas Jogja

Tentu saja, produksi yang semakin banyak berperan dalam menjaga kelestariannya. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Jogja menjadikan batik sebagai oleh-oleh untuk keluarganya. Pada akhirnya, hal ini mendukung industri kreatif batik di Jogja.
Batik memiliki peranan penting dalam tatanan sosial masyarakat Jawa. Motif Gurda ini tak hanya desain yang estetis, tapi mengalami pergeseran fungsi. Ketika dulu hanya digunakan kaum bangsawan, sekarang bisa dikenakan siapa saja yang meminatinya. Sisi positifnya, masyarakat lebih mengenal batik dan tertarik mempelajarinya lebih dalam. Gak hanya memperkaya dunia fashion tapi juga menambah ilmu pengetahuan budaya. Ada rencana berkunjung ke Jogja? Batik dengan motif Gurda bisa jadi rekomendasi untuk kamu miliki.