Mengenal Ruwahan, Tradisi Masyarakat Jawa Sebelum Puasa

- Tradisi ruwahan adalah momen mengenang leluhur yang telah meninggal
- Ruwahan dilakukan setiap bulan ruwah dalam kalender Jawa atau bulan Sya'ban di kalender Hijriah
- Tradisi ini merupakan akulturasi budaya Jawa dengan agama Islam dan dilaksanakan secara bersama-sama
Kurang dari 30 hari lagi, umat Islam di seluruh dunia akan menyambut bulan istimewa yakni bulan Ramadan. Masing-masing daerah di Indonesia punya cara menyambut bulan Ramadan, salah satunya dengan tradisi ruwahan seperti yang dilakukan oleh masyarakat Jawa.
Namun sebenarnya, apa itu tradisi ruwahan? Dan apa saja yang dilakukan saat tradisi ruwahan? Supaya makin paham, yuk, simak penjelasannya berikut ini!
1. Pengertian tradisi ruwahan

Dilansir dari laman Kalurahan Banjarejo Gunungkidul, ruwahan dapat diartikan sebagai ngluru arwah yang maknanya momen untuk mengenang leluhur, orangtua, saudara atau kerabat lain yang telah meninggal dunia dengan mengirimkan doa.
Nah, tradisi ruwahan ini sudah ada sejak zaman dulu lho yang waktu pelaksanaan setiap bulan ruwah dalam kalender Jawa atau bulan Sya’ban di kalender Hijriah. Bukan sekadar mengenang, tapi mereka yang masih hidup akan datang ke makam-makam, membersihkan, menabur bunga, dan mendoakan mereka yang sudah lebih dulu berpulang.
Tak sampai di situ. Karena tradisi ruwahan ini umumnya dilakukan secara bersama-sama dalam satu desa, biasanya dilanjutkan dengan menyelenggarakan selamatan atau syukuran di mana akan didoakan lalu disajikan aneka makanan tradisional seperti kolak, apem, dan ketan.
2. Tradisi ruwahan dalam agama Islam

Apakah dalam Islam ada ruwahan? Ini cukup menarik karena ruwahan bisa disebut sebagai akulturasi antara budaya Jawa dengan agama Islam.
Mengutip pendapat dari KH Taufik Damas melalui laman NU Banten bahwa tradisi ruwahan adalah salah satu amal jariyah yang sesuai dengan hadist Nabi Muhammad yang termasuk dalam kategori amal saleh.
Seperti yang kita ketahui bahwa dalam Islam, orang yang sudah meninggal telah putus dosa dan pahalanya kecuali yang datang dari tiga arah berupa pahala jariyah, amal jariyah, dan dari doa anak yang saleh. Dan dalam laman tersebut juga dijelaskan kalau kata ruwahan diambil dari bahasa Arab yaitu arwah.
3. Momen ruwahan di Kraton Jogja

Keraton Jogja pun turut melaksanakan berbagai agenda ruwahan, loh, salah satunya adalah dengan tradisi Kuthomoro. Mengutip laman Karaton Ngayogyakarta Hadingrat, agenda ini rutin diadakan tanggal 13-15 Ruwah (menurut kalender Sultan Agungan) atau beberapa hari sebelum dimulainya puasa.
Tujuan dari prosesi ini adalah untuk mengirim doa kepada arwah para pendahulu Keraton Yogyakarta dan dipandang sebagai salah satu sikap hidup Jawa untuk selalu mengingat dan memuliakan leluhur.
Ada banyak ubarampe yang dipersiapkan oleh para Abdi Dalem dan terdiri dari lisah konyoh atau minyak wangi), ratus atau serbuk kayu cendana, dan yatra tindih yang tak lak lain adalah uang untuk membeli bunga lalu digunakan untuk ziarah ke makam-makam Kagungan Dalem.
Seluruh ubarampe yang dikirim ini berbau wangi dan memiliki tujuan. Yakni bermaksud untuk memuliakan, mengharumkan, dan menjunjung tinggi nama baik mereka yang sudah tiada.