Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenapa Gula Bisa Bikin Ketagihan? Ini 4 Penjelasan Sainsnya

Ilustrasi Strowbery dan gula (pexels.com/mali maeder)
Intinya sih...
  • Gula memicu pelepasan dopamin di otak, mirip dengan proses adiksi pada narkoba atau alkohol.
  • Gula memberikan lonjakan energi cepat, namun diikuti penurunan energi drastis yang membuat tubuh ingin mengonsumsi gula lagi.
  • Gula dapat mengganggu keseimbangan hormon leptin dan ghrelin, menyebabkan rasa lapar terus meskipun sudah kenyang.

Kue cokelat, es krim, atau sekotak biskuit manis sering kali terasa sulit ditolak. Begitu satu gigitan masuk ke mulut, sering muncul dorongan buat terus makan sampai habis. Aneh rasanya, padahal tahu berlebihan itu gak baik, tapi tubuh seakan gak bisa berhenti.

Rasa penasaran kenapa gula bisa bikin ketagihan ternyata bisa dijawab lewat sains. Gak cuma soal enaknya rasa manis, tapi juga ada efek biologis dan psikologis yang bermain. Nah, berikut ini empat alasan kenapa tubuh dan pikiran bisa tergila-gila sama gula.

1. Otak melepas dopamin

ilustrasi teknologi computer (pexels.com/MART PRODUCTION)

Saat mengonsumsi gula, otak langsung melepas zat kimia bernama dopamin. Ini adalah senyawa yang sama dilepaskan saat mengalami hal menyenangkan, seperti tertawa atau jatuh cinta. Gula memicu pelepasan dopamin di bagian otak yang berhubungan dengan sistem reward.

Masalahnya, semakin sering dikonsumsi, otak bisa jadi kurang peka terhadap dopamin. Artinya, butuh lebih banyak gula untuk merasakan efek senang yang sama. Pola ini mirip dengan proses adiksi pada zat-zat seperti alkohol atau narkoba.

2. Gula bikin energi naik-turun

wanita di dapur (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Gula bisa memberikan lonjakan energi yang cepat dalam waktu singkat. Tapi setelah itu, tubuh malah mengalami crash atau penurunan energi secara drastis. Kondisi ini bikin seseorang merasa lemas dan ingin mengonsumsi gula lagi untuk mengembalikan semangat.

Naik-turun energi ini bikin tubuh seperti masuk dalam lingkaran setan. Setiap kali merasa capek, pikiran langsung mencari makanan manis sebagai solusi instan. Padahal, efeknya cuma sebentar dan bisa memperparah keinginan untuk terus mengonsumsi gula.

3. Gula memengaruhi hormon lapar

pria menyendiri (pexels.com/Andrew Neel)

Ada dua hormon utama yang mengatur rasa lapar: leptin dan ghrelin. Gula bisa mengganggu keseimbangan hormon ini, bikin tubuh merasa lapar terus meskipun sebenarnya sudah kenyang. Ini sebabnya, kadang habis makan pun tetap ada keinginan buat ngemil manis.

Gangguan ini bikin sinyal dari perut ke otak jadi kacau. Tubuh kehilangan kemampuan alami buat tahu kapan waktunya berhenti makan. Akibatnya, konsumsi gula pun jadi berlebihan dan makin sulit dikontrol.

4. Faktor kebiasaan sejak kecil

ilustrasi anak bermain gadget (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Kebiasaan makan manis biasanya dimulai sejak usia dini. Banyak makanan atau minuman anak-anak yang rasanya manis, dari sereal sampai minuman kemasan. Otak jadi terbiasa mengaitkan rasa manis dengan kenyamanan dan kebahagiaan.

Seiring waktu, kebiasaan ini terbawa sampai dewasa. Ketika stres atau sedih, makanan manis sering dijadikan pelarian. Gula bukan cuma soal rasa, tapi juga soal memori dan perasaan yang melekat sejak kecil.

Kalau diperhatikan, ketagihan gula bukan cuma soal suka rasa manis. Ada banyak hal yang terjadi di balik layar dari otak, hormon, sampai kebiasaan masa kecil. Dengan tahu alasannya, jadi lebih mudah memahami kenapa penting buat mengatur konsumsi gula dalam hidup sehari-hari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us