Ide Tiket Berbasis Wajah, Mahasiswa UGM Menang Lomba Technopreneur
- Solusi tanpa antrean dan tiket fisik: Tixless memungkinkan verifikasi wajah untuk akses instan ke acara, mengatasi antrean panjang dan pemalsuan tiket.
- Keunggulan teknologi dan strategi bisnis: Tixless memiliki keamanan Face ID tinggi, laporan real-time, integrasi sponsorship, serta model bisnis yang berkelanjutan.
- Tantangan dan rencana pengembangan: Tantangan teknologi Face ID yang aman, cepat, efisien, serta rencana pengembangan prototype dengan uji coba skala kecil.
Yogyakarta, IDN Times – Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil meraih juara 1 dalam ajang Next-Gen Science Technopreneur Battle 2025 berkat inovasi bisnis berupa platform Smart Digital Ticketing berbasis identitas wajah.
Tim yang terdiri dari Aurel Diyah Agustin dari Akuntansi FEB UGM dan Dita Ristyani dari Prodi Kesehatan 2022 mengusung aplikasi bernama Tixless dengan slogan “Satu Wajah, Satu Tiket”. Platform ini dirancang untuk memudahkan pengunjung mengakses sebuah acara tanpa antrean panjang maupun tiket fisik.
1. Solusi tanpa antrean dan tiket fisik
Melalui Tixless, pengunjung hanya perlu melakukan verifikasi wajah untuk masuk ke acara. Tixless juga diklaim mampu menghitung jumlah pengunjung secara otomatis dan memberikan akses masuk instan.
“Tixless sebagai aplikasi menjawab berbagai tantangan yang dihadapi industri event seperti antrean panjang, pemalsuan tiket, ketidaksesuaian jumlah pengunjung dengan tiket terjual, serta ketergantungan pada tiket fisik yang kurang ramah lingkungan,” kata Aurel di FEB UGM, Jumat (15/8/2025).
2. Keunggulan teknologi dan strategi bisnis
Aurel menjelaskan, dibandingkan solusi digital lainnya, Tixless memiliki sejumlah keunggulan seperti sistem keamanan Face ID berstandar tinggi, laporan real-time, dan integrasi sponsorship bagi penyelenggara acara.
Dalam penyusunan business plan, tim melakukan riset melalui wawancara dengan penyelenggara dan pengunjung acara, lalu menyusun model bisnis yang mencakup alur teknologi dan rencana monetisasi.
“Saya juga membuat presentasi visual interaktif agar ide ini bisa dipahami dan menarik di mata juri,” tambahnya dilansir laman resmi UGM.
3. Tantangan dan rencana pengembangan
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah memastikan teknologi Face ID dapat berjalan aman, cepat, efisien, dan tetap terjangkau bagi penyelenggara.
“Saya belajar bahwa ide bisnis yang baik harus bisa menjawab masalah nyata dan memiliki model bisnis yang berkelanjutan,” ungkap Aurel.
Ia berencana mengembangkan prototype Tixless dengan mencari mitra strategis di industri event untuk uji coba skala kecil sebelum masuk tahap yang lebih besar. Bagi Aurel, mengikuti kompetisi ini menjadi pengalaman yang memperkaya keterampilannya sebagai mahasiswa Akuntansi, terutama dalam proyeksi keuangan, analisis biaya-manfaat, dan perhitungan revenue streams.
Aurel juga berharap mahasiswa lain berani berinovasi dan terjun ke dunia kewirausahaan.
“Dengan cara-cara seperti ini kita bisa berkontribusi menciptakan solusi berbasis teknologi yang berdampak nyata di masyarakat. Mulailah dari masalah yang benar-benar relevan, susun solusi yang praktis namun inovatif, dan tak ketinggalan kita mengasah kemampuan komunikasi agar ide-ide bisa tersampaikan dengan maksimal,” pesannya.
