Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Fakta Medali Maraton Jarang Disorot, Bukan Sekadar Suvenir

ilustrasi pelari memegang medali (pexels.com/Kaboompics)
ilustrasi pelari memegang medali (pexels.com/Kaboompics)

Setiap pelari pasti bermimpi menggenggam medali maraton di garis finish. Di balik sepotong logam itu, ada cerita, perjuangan, bahkan simbol yang punya nilai personal luar biasa.

Medali maraton bukan sekadar hasil akhir dari lari puluhan kilometer. Buat sebagian orang, medali ini jadi bukti bahwa tubuh dan mental berhasil bertahan dalam perjalanan panjang. Gak sedikit pelari yang sampai menangis saat medali disematkan. Rasa lelah, sakit, dan keringat seolah terbayar lunas lewat momen itu.

Yuk, bongkar 5 fakta tentang medali maraton yang sering luput dari sorotan. Siap-siap kaget karena ternyata benda kecil ini punya cerita besar!

1. Setiap medali dirancang khusus sesuai identitas kota

ilustrasi pelari memegang medali (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi pelari memegang medali (pexels.com/RDNE Stock project)

Medali maraton bukan hasil produksi massal tanpa makna. Panitia mendesain medali berdasarkan ikon kota tempat lomba diadakan. Contohnya, Maraton Tokyo sering menampilkan elemen tradisional Jepang. Sementara Maraton New York mengusung siluet Manhattan atau Patung Liberty. Desainnya bukan sekadar estetik, tapi juga menyampaikan cerita kota, budaya, dan karakter lokal.

Proses perancangannya bisa memakan waktu berbulan-bulan. Tim kreatif harus menyelaraskan tema lomba dengan simbol khas daerah. Bahkan, beberapa kota menggelar voting desain di komunitas pelari lokal. Jadi, medali tak hanya penghargaan, tapi juga suvenir budaya. Pelari bisa mengenang atmosfer kota lewat bentuk dan ukiran medali. Inilah alasan banyak pelari mengoleksi medali.

2. Berat dan ukuran medali bisa tunjukkan level ajang lomba

ilustrasi pelari memegang medali (pexels.com/Brett Sayles)
ilustrasi pelari memegang medali (pexels.com/Brett Sayles)

Ukuran dan berat medali bukan sekadar estetika. Medali dari ajang maraton kelas dunia biasanya lebih besar dan berat. Ini jadi simbol bahwa lomba tersebut punya standar yang tinggi.

Bandingkan medali dari Major Marathons seperti Boston atau Berlin, pasti terasa beda dari lomba lokal. Beberapa panitia sengaja membuat medali jumbo agar pelari merasa pencapaian mereka layak dirayakan besar-besaran. Bahkan ada medali yang beratnya 200 gram lebih. Sensasi menggantungkan logam besar di leher setelah garis finish terasa sangat memuaskan. Detail seperti ketebalan, bahan dasar, dan lapisan luar juga sering menandakan level eksklusivitas lomba. Jadi, bukan cuma bentuknya yang menarik, tapi juga rasa bangga saat memakainya. Semakin berat, semakin terasa perjuangannya.

3. Ada medali khusus untuk pelari difabel

ilustrasi pelari maraton di garis finish (pexels.com/Brett Sayles)
ilustrasi pelari maraton di garis finish (pexels.com/Brett Sayles)

Maraton inklusif seperti London Marathon dan Boston Marathon menyediakan medali khusus untuk peserta difabel. Desainnya sama elegan, dengan dilengkapi elemen tambahan huruf braille atau simbol khusus. Ini bentuk apresiasi yang adil dan menyentuh.

Medali bukan semata sebagai simbol keikutsertaan, sekaligus pengakuan perjuangan luar biasa yang dilakukan peserta difabel.

4. Beberapa medali bernilai koleksi tinggi dan harganya mahal

ilustrasi pelari memegang medali (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi pelari memegang medali (pexels.com/RDNE Stock project)

Jangan salah, ada medali maraton yang punya nilai jual tinggi di pasaran kolektor. Medali dari Major Marathons seperti Boston, Chicago, atau London bisa dijual ratusan hingga ribuan dolar, terutama kalau berasal dari edisi spesial atau tahun bersejarah.

Pelari yang pernah mengikuti maraton ikonik sering menyimpan semua medali dalam kotak khusus atau dipajang di rak dinding. Ada juga yang bikin display personal lengkap dengan catatan waktu dan nomor BIB. Semakin banyak koleksi, semakin tinggi nilai sentimental dan ekonomisnya. Situs lelang online kadang memuat medali langka yang dicari kolektor dunia. Gak heran kalau ada yang rela tukar menukar medali antar-negara demi melengkapi koleksi.

5. Proses penyerahan medali jadi momen emosional yang sakral

ilustrasi pelari memegang medali (pexels.com/RUN 4 FFWPU)
ilustrasi pelari memegang medali (pexels.com/RUN 4 FFWPU)

Bagi pelari, saat pengalungan medali jadi momen paling berharga. Setelah berjam-jam menahan lelah dan nyeri, satu kalung medali bisa mewakili seluruh perjuangan. Momen ini terasa sakral karena semua beban terlepas.

Medali tak hanya simbol pencapaian, tapi juga hadiah untuk diri sendiri. Banyak pelari mengaku medali pertama

Medali maraton bukan sekadar logam atau suvenir gratisan. Di balik desainnya, ada semangat, identitas kota, bahkan nilai emosional yang tinggi. Pelari tak hanya mengincar medali karena bentuknya, tapi cerita perjuangan untuk mendapatkannya. Semua layak diapresiasi, disimpan, dan dikenang seumur hidup.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us