Suadesa Festival 2025 Jadi Berkah bagi Homestay di Sekitarnya

- Pemilik homestay di Desa Karangrejo merasakan dampak positif dari Suadesa Festival 2025 yang digagas oleh PT PGN.
- Festival tersebut mendorong pertumbuhan ekonomi desa dengan mempromosikan UMKM dan menggali potensi lokal seperti destinasi wisata, kesenian, dan budaya setempat.
- Pelayanan ramah dan hangat dari pemilik homestay membuat tingkat hunian meningkat, tanpa perlu menaikkan harga kamar.
Sleman, IDN Times - Gelaran Suadesa Festival 2025 yang berlangsung pada 10–11 Mei 2025 di Gasblock PGN Karangrejo, Borobudur, Magelang, membawa berkah bagi warga sekitar. Salah satunya dirasakan oleh pemilik usaha homestay di Desa Karangrejo.
Sri Irniati, pemilik Homestay Jogan Gumelar, mengaku sangat terbantu dengan adanya festival yang digagas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) tersebut. Acara bertajuk Energi Kemandirian Desa ini merupakan bagian dari program Desa Energi Berdikari Pertamina. Desa Karangrejo sendiri merupakan desa binaan PGN melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
Melalui Festival Suadesa 2025, PGN berharap dapat mendorong pertumbuhan ekonomi desa dengan mempromosikan UMKM serta menggali potensi lokal seperti destinasi wisata, kesenian, dan budaya setempat.
1.Berbagai aktivitas memancing kehadiran wisatawan

Sebagai pemilik homestay di kawasan Borobudur, Neni—sapaan akrab Sri Irniati—sadar betul bahwa lokasi homestay miliknya yang berada di pedesaan, bukan di kawasan komersial seperti pinggir jalan utama, membutuhkan kegiatan-kegiatan yang mampu menarik kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
Berkat adanya Suadesa Festival, tingkat hunian homestay miliknya pun terus meningkat. Meski hanya mengandalkan pelayanan yang ramah, jujur, dan apa adanya, homestay milik Neni mampu bersaing dengan hotel-hotel berbintang di kawasan Borobudur.
Pelayanan hangat tersebut diwujudkan lewat hal-hal sederhana, seperti membagikan hasil panen kepada tamu. Neni ingin membuat tamu merasa seperti berada di rumah sendiri.
“Seperti kalau panen pisang saya buatkan pisang goreng. Ada pula saat panen durian, rambutan, nangka, dan sebagainya. Tak hanya itu, ketika ada tamu saya usahakan selalu menyambut mereka sendiri meski sedang sibuk. Tidak pernah saya minta rewang (asisten) untuk menyambut tamu,” urainya.
2.Pelayanan ramah membawa berkah

Berkat pelayanan yang ia terapkan, banyak tamu yang kembali menginap bahkan merekomendasikan homestay miliknya ke orang lain. “Sampai sekarang saya tidak pernah pasang iklan, semua tamu datang hanya dari rekomendasi atau getok tular,” jelasnya.
Homestay milik Neni berdiri di lahan seluas 2.000 meter persegi dengan total 13 kamar dan beberapa pendopo joglo. Setiap kamar dibanderol Rp250 ribu per malam, lengkap dengan AC dan ekstra bed. Ia pun mengaku tak pernah menaikkan harga, bahkan saat libur panjang atau Lebaran sekalipun.
Untuk urusan memasak, Neni mengandalkan Jaringan Gas (Jargas) dari PGN. Ia menyebut, tagihan gas bumi per bulan rata-rata mencapai Rp360 ribu, jumlah tertinggi di antara pelanggan lain di desanya. “Saya memang pelanggan terbanyak memakai jargas PGN. Habis sekian tergolong hemat dibandingkan saya memakai gas tabung,” tutupnya.
Hal serupa juga dirasakan Eni Sutrisnowati, pemilik homestay lainnya di kawasan Borobudur. Meski kamar-kamarnya tidak dilengkapi AC, homestay miliknya selalu full booking. Dengan enam kamar yang tersedia, usahanya tetap tergolong laris.
Eni juga mematok harga yang sama, yakni Rp250 ribu per kamar. Untuk kebutuhan memasak sehari-hari, ia mengandalkan Jaringan Gas (Jargas) dari PGN. Meski memasak dalam jumlah banyak, ia hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp40 ribu per bulan.
Ia berharap Suadesa Festival yang menjadi bagian dari program CSR PGN bisa digelar secara rutin. “Karena dampaknya sangat positif, terutama bagi pelaku usaha seperti homestay, kuliner, dan lainnya,” ungkapnya.
3.Pemilik homestay lain turut rasakan manfaat

Hal serupa juga dirasakan Eni Sutrisnowati, pemilik homestay lainnya di kawasan Borobudur. Meski kamar-kamarnya tidak dilengkapi AC, homestay miliknya selalu full booking. Dengan enam kamar yang tersedia, usahanya tetap tergolong laris.
Eni juga mematok harga yang sama, yakni Rp250 ribu per kamar. Untuk kebutuhan memasak sehari-hari, ia mengandalkan Jaringan Gas (Jargas) dari PGN. Meski memasak dalam jumlah banyak, ia hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp40 ribu per bulan.
Ia berharap Suadesa Festival yang menjadi bagian dari program CSR PGN bisa digelar secara rutin. “Karena dampaknya sangat positif, terutama bagi pelaku usaha seperti homestay, kuliner, dan lainnya,” ungkapnya.