Hanya 3 Kapanewon di Sleman yang Oranye, Sisanya Zona Merah COVID-19

Penambahan kasus COVID-19 masih tinggi

Sleman, IDN Times - Lebih dari 80 persen wilayah Kabupaten Sleman masih diselimuti zona merah COVID-19. Dari 17 kapanewon, sebanyak 14 kapanewon masih jadi zona merah.

Dari data peta epidemiologi yang dirilis oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman pada 26 Januari 2021, hanya Kapanewon Ngemplak, Minggir, dan Moyudan yang dinyatakan sebagai zona oranye. Sedangkan kapanewon sisanya, berstatus zona merah.

Baca Juga: Keterisian Tempat Tidur Pasien Critical di Sleman di Atas 90 Persen  

1. Penambahan kasus COVID-19 di Sleman masih tinggi

Hanya 3 Kapanewon di Sleman yang Oranye, Sisanya Zona Merah COVID-19Ilustrasi dokter di Aceh meninggal karena COVID-19. ANTARA FOTO/Ampelsa

Kepala Dinkes Sleman, Joko Hastaryo mengungkapkan, peta epidemiologi yang dirilis ini sifatnya memang dinamis. Namun demikian, dia tidak menafikan jika penambahan kasus positif maupun kasus kematian akibat COVID-19 masih tinggi.

"Peta zonasi sendiri sifatnya dinamis, bisa berubah setiap hari. Tapi memang harus diakui penambahan kasus konfirmasi dan meninggal dunia di Sleman masih terus tinggi, seperti halnya angka nasional," ungkapnya pada Senin (1/2/2021).

2. Masih efek dari libur akhir tahun

Hanya 3 Kapanewon di Sleman yang Oranye, Sisanya Zona Merah COVID-19Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo. IDN Times/Siti Umaiyah

Joko mengungkapkan, efek dari libur panjang ditengarai masih menjadi penyebab dari tingginya kasus COVID-19 di Kabupaten Sleman. Untuk penambahan kasus COVID-19 ini, mayoritas berasal dari kasus keluarga dan kontak erat.

"Efek libur panjang akhir tahun masih tetap terlihat dengan tingginya peningkatan kasus konfirmasi, meskipun sudah diterapkan PTKM (Pengetatan Terbatas Kegiatan Masyarakat). Dominan keluarga dan kontak erat," katanya.

3. PTKM diharapkan bisa turunkan kasus dengan cepat

Hanya 3 Kapanewon di Sleman yang Oranye, Sisanya Zona Merah COVID-19Ilustrasi seorang pasien COVID-19. ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica

Menurut Joko, penerapan PTKM diharapkan bisa menurunkan kasus COVID-19 dengan cepat. Dia memperkirakan, jika tanpa PTKM, penambahan kasus yang tinggi di Sleman masih akan terjadi hingga akhir Februari.

"Tanpa PTKM kita prediksi penambahan kasus yang tinggi masih akan terjadi sampai akhir Februari. Dengan PTKM kita harapkan penurunan kasus bisa lebih cepat, itupun kalau PTKM dapat dijalankan dengan ketat dan disiplin," paparnya.

Baca Juga: PTKM di Sleman Diperpanjang, Bisnis Perhotelan Semakin Lesu 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya