Mahasiswa Fapet UGM, Siham. (Dok. Istimewa)
Siham mengaku didiagnosis menderita autis Asperger sejak SD. Mendengar suara keras atau bentakan menjadi momok baginya. Ia sama sekali tidak suka mendengar suara-suara keras tersebut. Maka tidak heran, sehari-hari Siham lebih banyak beraktivitas mandiri, tidak melibatkan banyak teman.
Meskipun demikian, ia selalu bersemangat untuk kuliah di Fapet UGM. Setiap hari Siham rela bersepeda dari daerah Condongcatur ke kampus. Untuk mengurangi kekurangannya dalam belajar ia selalu duduk di bangku depan saat kuliah berlangsung. Ia pun cukup terbantu dengan komunitas UKM Peduli Difabel yang ada di UGM.
“Dalam memilih lokasi KKN waktu itu saya juga diarahkan dan dibantu teman-teman dari UKM Peduli Difabel,” kata Siham, Rabu (3/7/2024).
Siham merasa UGM memiliki lingkungan yang cukup kondusif bagi proses belajar mahasiswa difabel. Tidak ada kendala dijumpai para penyandang disabilitas yang ada di UGM. Kini setelah hampir selesai kuliah di UGM, Siham mengaku akan menyiapkan diri agar bisa berwirausaha dalam penggemukan kambing atau domba.