Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Semangat Siham, Penderita Autis Mengejar Mimpi di Fapet UGM

Mahasiswa Fapet UGM, Siham. (Dok. Istimewa)
Intinya sih...
  • Siham Hamda Zaula Mumtaza, mahasiswa Fapet UGM menderita autis Asperger sejak SD
  • Siham bersepeda setiap hari dari Condongcatur ke kampus dan duduk di bangku depan saat kuliah
  • Fapet UGM memberikan dukungan dengan fasilitasi supporting system seperti menyediakan buddy atau mentor

Sleman, IDN Times - Anaknya sederhana. Sekilas tidak terlihat jika ia menderita autis. Kita baru tahu jika ia autis saat berbicara atau mengobrol dengannya. Bicaranya kadang masih terbata-bata dan sesekali harus diulangi agar lebih jelas.

Ia adalah Siham Hamda Zaula Mumtaza. Mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) UGM Angkatan 2019 dari jalur Bidikmisi asal SMAN 1 Jepara, Jawa Tengah. 

1. Siham didiagnosis autis asperger sejak SD

Mahasiswa Fapet UGM, Siham. (Dok. Istimewa)

Siham mengaku didiagnosis menderita autis Asperger sejak SD. Mendengar suara keras atau bentakan menjadi momok baginya. Ia sama sekali tidak suka mendengar suara-suara keras tersebut. Maka tidak heran, sehari-hari Siham lebih banyak beraktivitas mandiri, tidak melibatkan banyak teman.

Meskipun demikian, ia selalu bersemangat untuk kuliah di Fapet UGM. Setiap hari Siham rela bersepeda dari daerah Condongcatur ke kampus. Untuk mengurangi kekurangannya dalam belajar ia selalu duduk di bangku depan saat kuliah berlangsung. Ia pun cukup terbantu dengan komunitas UKM Peduli Difabel yang ada di UGM.

“Dalam memilih lokasi KKN waktu itu saya juga diarahkan dan dibantu teman-teman dari UKM Peduli Difabel,” kata Siham, Rabu (3/7/2024).

Siham merasa UGM memiliki lingkungan yang cukup kondusif bagi proses belajar mahasiswa difabel. Tidak ada kendala dijumpai para penyandang disabilitas yang ada di UGM. Kini setelah hampir selesai kuliah di UGM, Siham mengaku akan menyiapkan diri agar bisa berwirausaha dalam penggemukan kambing atau domba.

2. UGM terbuka untuk siapa pun

ilustrasi kampus UGM. (Dok. UGM)

Ketua Program Studi Ilmu dan Industri Peternakan, Tri Satya Mastuti Widi, atau yang biasa disapa Vitri, menegaskan sebagai universitas kerakyatan UGM termasuk di dalamnya Fapet UGM selalu terbuka bagi siapa pun yang akan menempuh studi di UGM. Vitri mengakui dengan kondisi autis Asperger yang diderita Siham maka yang bersangkutan perlu pendampingan dalam proses belajar. 

"Anaknya mampu menguasai kata-kata tunggal atau kalimat sederhana, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama untuk menangkap penjelasan panjang dari suatu konsep," kata Vitri yang juga dosen pembimbing Siham.

Untuk Siham, fakultas juga memberikan dukungan dengan fasilitasi supporting system seperti menyediakan buddy (teman) atau mentor. “Tidak hanya Siham, ada penderita Autism Asperger lain yang juga mendapatkan pendampingan khusus dari Prodi dan pembimbing. Selain itu, ada mahasiswa tuli dan tunadaksa juga yang saat ini telah lulus,” kata Vitri.

3. Ajak mahasiswa lainnya untuk memberi dukungan

Ilustrasi mahasiwa UGM Jogja. (dok. jogja.jpnn)

Vitri di beberapa kesempatan juga memberikan sosialisasi kepada sivitas lainnya agar memahami kondisi mahasiswa difabel dan turut memberikan dukungan tidak langsung kepada para mahasiswa tersebut. Hal itu bisa dilakukan misalnya dengan menciptakan lingkungan kampus yang ramah dan suportif, seperti menumbuhkan kesadaran dan penerimaan terkait mahasiswa berkebutuhan khusus.

“Pendekatan yang dilakukan terhadap mahasiswa-mahasiswa difabel memang bersifat ‘customized’ tergantung kebutuhan mereka. Komunikasi yang intensif dengan keluarga dan pembimbing akademik mahasiswa-mahasiswa tersebut juga diperlukan sehingga kondisi mereka baik fisik maupun mental selalu terpantau,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Herlambang Jati Kusumo
EditorHerlambang Jati Kusumo
Follow Us