Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Penderita Diabetes di Kota Jogja Meningkat, Akibat Maraknya Kafe?

ilustrasi diabetes (pixabay.com/stevepb)
ilustrasi diabetes (pixabay.com/stevepb)
Intinya sih...
  • Di Yogyakarta, jumlah penderita diabetes melitus naik dari 13.985 menjadi 14.595 per Juli 2024.
  • Penyebabnya adalah gaya hidup konsumsi gula berlebihan, terutama di kafe yang populer di wilayah Kota Jogja.
  • Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, menyarankan generasi muda untuk mengurangi konsumsi gula dan menerapkan gaya hidup CERDIK.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - Angka penderita diabetes mellitus di Kota Yogyakarta melonjak. Berdasarkan data per Juli 2024 terdapat 14.595 penderita. Sementara sebagai pembanding pada tahun sebelumnya tercatat 13.985 penderita.

Salah satu penyebab peningkatan ini adalah gaya hidup, termasuk konsumsi gula secara berlebihan. Gaya hidup ini simultan karena didukung dengan maraknya kafe di wilayah Kota Jogja. 

1. DIY masuk 3 besar prevalensi diabetes tertinggi

ilustrasi cek gula darah (IDN Times/Novaya Siantita)
ilustrasi cek gula darah (IDN Times/Novaya Siantita)

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani, menyebut angka penderita diabetes mellitus meningkat pada tahun ini. Tercatat ada 13.985 warga yang memiliki diabetes melitus pada 2023. Sementara, data terbaru meningkat menjadi 14.595 penderita per Juli 2024. 

Angka peningkatan ini, lanjutnya, tergolong tinggi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi diabetes mencapai 11,7 persen di Indonesia. Tiga provinsi tertinggi di antaranya Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kalimantan Timur.

“Penyebab terjadi lonjakan karena lebih ke gaya hidup kekinian. Ada peningkatan konsumsi yang manis-manis,” jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (26/8/2024). 

2. Dampak maraknya kafe

Ilustrasi kafe yang sangat ramai (unsplash.com/norevisions)
Ilustrasi kafe yang sangat ramai (unsplash.com/norevisions)

Saat ditanya apakah ada kaitan dengan maraknya berdiri kafe, Emma tak menampik. Dia menyebutkan bahwa gaya konsumsi saat ini berdampak signifikan, terutama terhadap generasi muda yang gemar konsumsi manis. 

Emma menjelaskan bahwa salah satu penyebab munculnya diabetes mellitus memang konsumsi manis. Kandungan gula yang tinggi dapat menyebabkan penyakit ini. Terlebih jika dikonsumi secara rutin dan tidak terkontrol. 

“Iya, bisa jadi ada kaitannya jika ke kafe konsumsinya manis-manis terus. Apalagi jika menu yang disajikan memang didominasi berbahan baku gula. Kombinasi pola makan tidak sehat terutama asupan gula bisa menjadi penyebabnya,” katanya. 

Dia mengingatkan agar para generasi muda tidak sekadar ikut-ikutan nongkrong. Dalam artian tetap mengontrol asupan gizi yang sehat dalam kesehariannya. Fokus untuk memilih menu yang sehat dengan mengurangi konsumsi gula. 

Dia juga menyarankan agar menerapkan gaya hidup CERDIK. Ini merupakan akronim dari Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup dan Kelola stres,

“Nongkrong di kafe boleh tapi juga menerapkan PHBS. Jangan cuma karena ikuti tren dan tidak ingin ketinggalan dari teman-temannya lalu abai kesehatan,” pesannya. 

3. Potensi tembus 438 juta penderita pada tahun 2030

ilustrasi diabetes (IDN Times/Novaya Siantita)
ilustrasi diabetes (IDN Times/Novaya Siantita)

Emma membeberkan peningkatan angka diabetes mellitus tak hanya terjadi di Kota Jogja. Data nasional mencatat bahwa saat ini diperkirakan sebanyak 285 juta orang. Jumlah ini berpotensi terus meningkat hingga 438 juta orang pada tahun 2030. 

“Untuk antisipasi bisa cek kesehatan di setiap puskemas di Kota Jogja. Kami ada fasilitas kesehatan di wilayah melalui Integrasi Layanan Primer (ILP). Bisa cek kadar gula darah sebagai antisipasi dan pencegahan,” ujarnya.

Share
Topics
Editorial Team
Arianto
EditorArianto
Follow Us