Menjajal Pertamax Green 95, Langkah Kecil Warga untuk Bumi Lebih Hijau

- Pertamax Green 95 merupakan bahan bakar ramah lingkungan hasil dari pengembangan energi terbarukan berupa Bioetanol.
- Produk ini diminati oleh masyarakat karena diharapkan dapat berkontribusi untuk keberlanjutan lingkungan dan meningkatkan performa mesin kendaraan.
- Tren penjualan Pertamax Green 95 meningkat, terutama di DIY dan Jawa Tengah, sehingga akan ada tambahan outlet SPBU yang menjual produk ini.
Yogyakarta, IDN Times – Pengendara kendaraan bermotor silih berganti datang ke SPBU Pertamina 44.552.11 di Jalan Kyai Mojo No.52, Bener, Tegalrejo, Yogyakarta, Sabtu (9/8/2025) siang. Di salah satu tempat pengisian, petugas operator tampak memberi salam dan mengenalkan salah satu produk baru, Pertamax Green 95.
Pertamax Green 95 merupakan bahan bakar hasil pengembangan energi terbarukan berupa Bioetanol. Pertamax Green 95 adalah hasil campuran Pertamax dan nabati etanol yang berasal dari tanaman tebu. Ini merupakan energi baru terbarukan untuk mendukung keberlanjutan lingkungan.
Pertamax Green 95 memang belum sepopuler produk Pertamina lainnya. Tidak sedikit yang baru mencobanya satu kali, ada beberapa pengendara telah menggunakan produk ini sejak hadir di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
1. Demi bumi dan mesin lebih sehat

Kesadaran untuk ikut berkontribusi menjaga lingkungan sebagai dasar Tri Mulyaningsih saat menjajal Pertamax Green 95. “Saya dari kesehatan lingkungan juga, harapannya bisa berkontribusi buat lingkungan. Baru pertama ini, kalau oke lanjut,” ujar Tri.
Tidak hanya Tri, pengendara lain yang mengisi BBM di SPBU Kyai Mojo, Imam Muhdin mengaku baru pertama kali menjajal Pertamax Green 95. Senada dengan Tri, dengan BBM yang lebih ramah lingkungan ini, ia berharap bisa berkontribusi untuk keberlanjutan lingkungan. “Ke lingkungan lebih baik ya harusnya, karena oktan lebih tinggi. Jadi pembakaran lebih sempurna,” ujar Imam.
Dengan oktan yang lebih tinggi dibandin g Pertamax, Imam mengharapkan mesin kendaraannya akanlebih baik. “Kalau dari sisi harga kan dibanding Pertamax Turbo ini lebih murah. Mesin biar bersih juga, gak banyak keraknya,” ucap Imam.
Darno seorang driver ojek online mengaku sudah lama menggunakan Pertamax Green 95 untuk bahan bakar kendaraannya. Ia yang sehari-hari bekerja dengan sepeda motornya mengaku lebih nyaman. “Tarikan lebih enteng, menggunakan sejak dikenalkan awal. Harga gak terlalu mahal juga,” ujar Darno.
Manager SPBU Pertamina 44.552.11, Hervan Akadhina mengatakan, tren penjualan Pertamax Green 95 meningkat dari waktu ke waktu. Saat ini penjualan per hari berkisar 170 liter – 200 liter. “Trennya memang terus meningkat. Menurut saya untuk produk baru sudah bagus. Apalagi itu produk non subsidi,” ucap Hervan.
Hervan menceritakan Pertamax Green 95 banyak diminati pengendara motor matic. Selain memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan, juga dinilai sebagai BBM berkualitas. “Sekarang kan banyak motor teknologinya bagus, penginnya dikasih makan (BBM) bagus juga,” ucap Hervan.
Pengenalan produk baru pun dilakukan, kemajuan teknologi terus dimanfaatkan. “Harapannya lebih diminati oleh masyarakat. Ketersediaan InsyaAllah selalu ada, jangan sampai telat semua produk. Gak Cuma Pertamax Green 95, semua ready. Kecuali dalam kondisi tertentu,” kata Hervan.
2. Permintaan BBM ramah lingkungan yang terus meningkat

Tidak hanya di DIY, minat masyarakat untuk menggunakan Pertamax Green 95 menunjukkan tren positif di Solo, Jawa Tengah. Salah satunya SPBU milik Pemkot Solo di Pedaringan, Jebres. “Satu hari sekitar 150 liter, masih produk baru ya ini. Dari hari ke hari growth ada pertumbuhan,” ucap Direktur Operasional Perumda PAU Pedaringan, Suryo Baruno.
Suryo mengatakan pangsa pasar Pertamax Green 95 tidak hanya menengah atas, tapi seluruh masyarakat yang menggunakan motor dan mobil. “Segmennya mereka yang sadar atas BBM ramah lingkungan. Pengendara roda dua maupun roda empat,” ujar Baruno.
Salah satu pengguna Pertamax Green 96, Umar Rois mengaku selain pertimbangan untuk mesin kendaraan lebih baik, juga sebagai langkah nyata mendukung hadirnya energi baru terbarukan. “Lebih ramah lingkungan ini, untuk mesin performa semakin bagus, karena pembakaran sempurna, tenaga strong,” ujar Rois.
Area Manager Communication, Relations & Corporate Social Responsibility Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Taufiq Kurniawan mengatakan antusiasme warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah terhadap produk baru Pertamina menunjukkan tren positif. Ia melihat peluang penambahan dua outlet SPBU untuk menyediakan Pertamax Green. “Memang ditempatkan di titik yang perkiraan akan tinggi konsumsinya. Itu akan ada outlet Pertamax Green baru,” ucap Taufiq.
Taufiq menyebut target hingga akhir tahun 2025 jumlah outlet SPBU yang menjual Pertamax Green di Jateng dan DIY sebanyak delapan outlet. Saat ini sudah terdapat enam outlet yang tersebar di Jogja, Semarang, dan Solo. “Kami optimis melampaui target yang dicanangkan, ini tidak lepas melihat animo masyarakat,” ujar Taufiq.
Taufiq mengungkapkan Pertamax Green 95 memiliki sejumlah keunggulan. Ia menjelaskan jika penggunaan oktan number di atas spesifikasi kendaraan dalam panduan buku manual kendaraan, mesin tidak akan berat tarikannya. “Performa kendaraan semakin bagus, dorongan piston mesin lebih optimal, sehingga gas buang lebih kecil. Lebih ramah lingkungan juga pastinya, performa lebih maksimal,” ungkap Taufiq.
Berdasar hasil pantauan, pengguna Pertamax Green banyak dimanfaatkan mitra ojek daring, bahkan geliat di DIY menunjukkan 50 persen digunakan ojol. “Mereka adalah sampling konsumen yang membuktikan bahwa dengan perhitungan ekonomi untuk menjalankan usahanya itu memilih Pertamax Green 95,” kata Taufiq.
3. Potensi besar energi terbarukan, tantangan di teknologi

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi mengungkapkan Indonesia kaya akan Sumber Daya Alam (SDA), yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan energi terbarukan. Namun, menurut Fahmy yang menjadi kendala adalah teknologi untuk mengembangkan energi.
“Resource kita cukup besar, tapi ketersediaan teknologi gak punya. Pengembangan teknologi itu sebenarnya bisa bekerja sama dengan perguruan tinggi, selama ini belum pernah dilakukan. Itu untuk jangka panjang. Untuk jangka pendek sebenarnya bisa kerja sama dengan investor,” ungkap Fahmy.
Fahmy menambahkan pengembangan energi terbarukan ini sangat potensial, mengingat pangsa pasar yang besar. Meski ada berbagai sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan teknologi baru. Namun, ia mengingatkan jangan sampai timbul masalah baru.
“Misalnya jika memanfaatkan sawit, seperti biodiesel. Kan sawit ada keterbatasan juga, selama ini digunakan untuk minyak goreng. Kalau sebagian besar digunakan untuk energi kan bisa timbul krisis minyak goreng. Barangkali seperti itu harus diperhatikan juga dampak penggunaan bahan baku tadi,” ujar Fahmy.
Edukasi tentang manfaat energi terbarukan untuk masyarakat juga masih perlu didorong. Menurut Fahmy kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan dengan menggunakan energi ramah lingkungan masih rendah.
“Saya kira yang harus dilakukan adalah sosialisasi pentingnya menggunakan green energi tadi. Memberi pemahaman juga kalau energi tidak ramah lingkungan itu dampaknya apa, seperti hujan ekstrem, panas yang ekstrem, ini disebabkan kerusakan lingkungan, disebabkan energi fosil,” ujarnya.
Selain itu, manfaat langsung terhadap kendaraan dengan energi ramah lingkungan perlu disampaikan. Seperti halnya lebih mengenalkan Pertamax Green 95 kepada masyarakat. “Manfaat langsung yang bisa dirasakan pengguna juga harus dikenalkan. Harga mungkin lebih mahal, tapi ada manfaat lebih yang dirasakan masyarakat. Sehingga mereka mulai menggunakan Pertamax Green 95,” tutur Fahmi.