Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jogja Bepotensi Besar sebagai Destinasi Wisata Kebugaran Berbasis Budaya

Penutupan Wonderful Indonesia Wellness (WIW) 2025, di Asram Edupark Sleman, Minggu (31/11/2025) malam. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Penutupan Wonderful Indonesia Wellness (WIW) 2025, di Asram Edupark Sleman, Minggu (31/11/2025) malam. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Intinya sih...
  • Indonesia memiliki potensi besar wellness tourism
  • Event WIW 2025 meningkatkan jumlah wisatawan dan pembelian produk lokal
  • Jogja semakin mempertegas sebagai destinasi wellness berbasis budaya
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sleman, IDN Times - Menteri Pariwisata (Menpar), Widiyanti Putri Wardhana mengungkapkan potensi besar wellness tourism atau wisata kebugaran di Indonesia. Tidak terkecuali bagi Gen-Z dan milenial, wisata kebugaran menjadi daya tarik untuk healing.

“Gen-Z dan milenial sekarang kalau berpergian ingin untuk healing, untuk wellness, karena keadaan dunia sekarang stressful,” ujar Widiyanti, saat menghadiri penutupan Wonderful Indonesia Wellness (WIW) 2025, di Asram Edupark Sleman, Minggu (31/11/2025) malam.

1. Potensi besar wellness tourism di Indonesia

Menteri Pariwisata (Menpar), Widiyanti Putri Wardhana. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Menteri Pariwisata (Menpar), Widiyanti Putri Wardhana. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Menpar mengungkapkan Indonesia kaya akan potensi wellness tourism. Selain Bali, di Jawa, ada Jogja dan Solo yang memiliki potensi besar. “Kita punya produk-produk seperti jamu, lulur, spa, dan banyak sekali lainnya,” ujar Widiyanti.

Widiyanti menyebut berbagai unsur budaya lain seperti tarian Jawa, gamelan bisa dipadukan menjadi paket wisata kebugaran yang menarik. “Sound healing, kita dengan memainkan gamelan bisa menenangkan jiwa kita dan belajar menari Jawa juga sebenarnya therapeutic,” ucapnya.

Modal besar lainnya yang dimiliki bangsa ini menurut Widiyanti merujuk hasil studi Universitas Harvard, bahwa masyarakat Indonesia menjadi bangsa paling sejahtera di dunia, berdasar indikator fisik, psikologis, mental, kesehatan, dan hubungan sosial. “Nomor satu di atas Jepang dan Amerika Serikat. Dari situ kami di Kemenpar berpikir bahwa wellness tourism itu adalah kekuatan kita,” Widiyanti.

Laporan Global Wellness Institute (GWI) juga menyebut Indonesia menempati peringkat pertama di Asia Tenggara untuk nilai ekonomi wellness dengan estimasi industri sekitar 56 miliar dollar AS.

2. Tingkatkan jumlah wisatawan hingga pembelian produk lokal

Penutupan Wonderful Indonesia Wellness (WIW) 2025, di Asram Edupark Sleman, Minggu (31/11/2025) malam. (Dok. Istimewa)
Penutupan Wonderful Indonesia Wellness (WIW) 2025, di Asram Edupark Sleman, Minggu (31/11/2025) malam. (Dok. Istimewa)

Event WIW 2025 digelar sepanjang November 2025 di Surakarta, Jawa Tengah, serta Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), terbukti mampu menggeliatkan ekonomi masyarakat sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat wellness berbasis budaya.

Gelaran ini meningkatkan jumlah wisatawan 3.700 pengunjung. Aktivitas ini memberikan efek berganda terhadap perekonomian daerah di sektor transportasi, akomodasi, kuliner, hingga cinderamata dan produk lokal. "Event ini juga mendorong tumbuhnya lapangan kerja bagi 750 pekerja wellness, 140 pekerja seni, dan 900 pekerja event organizer, serta memberdayakan sekitar 100 UMKM lokal," terang Widiyanti.

3. Makin mempertegas Jogja sebagai destinasi wellness berbasis budaya

Tugu Pal Putih Yogyakarta. (IDN Times/Paulus Risang)
Tugu Pal Putih Yogyakarta. (IDN Times/Paulus Risang)

Sementara Ketua Jogja Cultural Wellness Festival, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, membuktikan Jogja semakin mempertegas sebagai destinasi wellness berbasis budaya. "Sebagai destinasi tidak hanya menawarkan pengalaman, tetapi menghadirkan meaningful journey,” ucap GKR Bendara.

Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) DIY itu menilai budaya dan slow living menjadi dua kekuatan utama yang mendorong pengembangan wisata kebugaran di daerah ini. Dicontohkannya tradisi berjalan tanpa alas kaki (grounding) atau dalam bahasa Jawa disebut nyeker sudah dilakukan masyarakat Jogja dalam kesehariannya.

“Kita sudah sehari-hari memang nyeker, hanya memang kita belum menggunakan atau tidak menggunakan itu sebagai produk pariwisata,” kata GKR Bendara.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us

Latest News Jogja

See More

2 Pekan Operasi Zebra Progo 2025, Ribuan Pelanggar Ditindak

01 Des 2025, 14:35 WIBNews