Petugas medis menunjukkan sampel darah saat rapid test atau pemeriksaan cepat COVID-19 di DPP Golkar, Slipi, Jakarta, Selasa (7/4/2020). Partai Golkar menyelenggarakan rapid test COVID-19 secara gratis bagi wartawan, kader, dan masyarakat guna memastikan kesehatan dan mengantisipasi penyebaran COVID-19. ANTARA FOTO/Didik Setiawan
Dalam siaran pers Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tertanggal 8 April 2020, terdapat empat strategi yang disusun Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 untuk mengatasi pandemi virus Corona. Empat strategi itu untuk mendukung kebijakan physical distancing atau menjaga jarak sosial.
Pertama, gerakan wajib menggunakan masker ketika berada di ruang publik atau di luar rumah. Masker dinilai cukup efektif mencegah penularan dari orang-orang yang menderita COVID-19 namun tak teridentifikasi (orang tanpa gejala/OTG).
"Dengan memakai masker, kami yakini tak rentan pada penularan COVID-19 ini," kata Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19, Ahmad Yurianto Yuri.
Kedua, penelusuran kontak (tracing) dari kasus positif yang dirawat dengan menggunakan rapid test atau tes cepat. Di antaranya terhadap orang terdekat, tenaga kesehatan yang merawat pasien COVID-19, serta masyarakat di daerah yang ditemukan banyak kasus. Saat ini 450 ribu kit rapid test telah dibagikan ke sejumlah daerah di Indonesia.
Ketiga, edukasi dan penyiapan isolasi mandiri pada sebagian hasil tracing yang menunjukkan hasil rapid tes positif atau negatif dengan gejala. Isolasi bisa dilakukan mandiri atau berkelompok, seperti yang diinisiasi masyarakat
“Jadi tanpa ada stigmatisasi dan upaya mengucilkan yang terpapar," kata Yuri.
Jika hasil tes ulang rapid test adalah positif atau ada keluhan klinis yang memburuk, baru dilakukan pengecekan antigen melalui metode polymerase chain reaction (PCR) demi efektifitas pemeriksaan.
Tes PCR untuk menegaskan diagnosa dari mekanisme screening yang terarah sehingga persentase positif dari PCR ini relatif tinggi.
“Metode yang kami lakukan bukan acak, tapi terpilih dan terstruktur dimulai dari awal,” kata Yuri.
Keempat, isolasi rumah sakit yang dilakukan apabila isolasi mandiri tidak mungkin dilakukan. Misalnya jika terdapat gejala klinis yang membutuhkan layanan definitif di rumah sakit.