Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
GIK Menyapa. (Dok. Istimewa)

Intinya sih...

  • GIK UGM dan Kedutaan Besar Australia menggelar acara 'GIK Menyapa' dengan tema 'Inovasi Festival Budaya di Era Teknologi'.
  • Acara ini membuka dialog penting tentang penggunaan teknologi dalam memperkaya festival budaya di Indonesia.
  • Diskusi antara pemangku kepentingan industri kreatif, seperti seniman, budayawan, pakar teknologi, dan mahasiswa menjadi fokus utama acara ini.

Sleman, IDN Times - Gelanggang Inovasi & Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM), menyelenggarakan acara perdana 'GIK Menyapa'. Berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Australia, acara ini mengusung tema 'Inovasi Festival Budaya di Era Teknologi', membuka dialog penting tentang bagaimana teknologi dapat memperkaya dan mengembangkan lanskap festival budaya di Indonesia.

GIK Menyapa menjadi ajang diskusi interaktif dan jejaring yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dalam industri kreatif, termasuk pelaku seni, budayawan, pakar teknologi, dan mahasiswa. Acara ini sekaligus menjadi langkah awal GIK UGM dalam membangun ekosistem kolaboratif yang mendorong inovasi dalam pelestarian dan pengembangan budaya Indonesia.

1. Manfaatkan teknologi untuk meningkatkan keterlibatan generasi muda dalam festival budaya

GIK Menyapa. (Dok. Istimewa)

Diskusi yang berlangsung di Student Center GIK UGM, dipandu Kepala Kantor Urusan Internasional UGM, Alfatika Dini, menghadirkan dialog bersama Oki Rahadianto, Direktur Youth Studies Centre Fisipol UGM, dan Cameron Frost, Country Manager Megatix Indonesia. Ketiganya berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan keterlibatan generasi muda dalam festival budaya, serta strategi kolaborasi antara lembaga pendidikan, komunitas, dan industri kreatif.

Garin Nugroho, Chief Program Officer GIK UGM, mengungkapkan antusiasmenya terhadap kolaborasi ini. "Australia dan Indonesia memiliki banyak kesamaan budaya dan potensi kolaborasi yang besar. Di era digital ini, inovasi teknologi menjadi kunci untuk memajukan industri kreatif. GIK UGM siap menjadi wadah bagi terjalinnya kerja sama yang bermanfaat bagi kedua negara," ujarnya.

2. Kolaborasi lintas negara kembangkan industri kreatif

GIK Menyapa. (Dok. Istimewa)

Kolaborasi dengan Kedutaan Besar Australia menjadi langkah strategis bagi GIK UGM untuk memperkuat posisinya sebagai pusat inovasi dan kreativitas. "Kami berharap acara GIK Menyapa ini dapat memberikan inspirasi dan wawasan baru bagi para pelaku industri kreatif dalam memanfaatkan teknologi untuk memperkaya festival budaya di Indonesia," ucap Garin.

Acara perdana GIK Menyapa ini menjadi tonggak awal bagi GIK UGM dalam merealisasikan visinya sebagai pusat kolaborasi, inovasi, dan kreativitas. Melalui acara-acara serupa di masa mendatang, GIK UGM berharap dapat terus berkontribusi dalam pengembangan industri kreatif dan festival budaya di Indonesia.

3. Festival budaya dapat menjadi ruang ekspresi generasi muda

GIK Menyapa. (Dok. Istimewa)

Oki Rahadianto, Direktur Youth Studies Centre Fisipol UGM mengatakan di Yogyakarta kaya akan festival budaya. Festival budaya dapat menjadi ruang ekspresi artikulasi bagi anak muda yang lebih berorientasi global. "Anak muda sekarang sangat sadar berpartisipasi dalam festival budaya untuk mendidik diri mereka sendiri. Teknologi digital memfasilitasi pemuda dalam menyebarkan pesan nilai festival budaya secara lebih luas. Teknologi digital juga dapat meningkatkan karakteristik multigenre di Jogja untuk membantu menyebarkan pesan festival," ungkapnya.

Cameron Frost, Country Manager Megatix Indonesia menambahkan anak muda sangat menyukai festival musik. Teknologi digital dapat membantu festival budaya meningkatkan pariwisata internasional dengan cara meningkatkan awareness. "Strateginya adalah membangun jaringan untuk mendukung promotor festival budaya dan memanfaatkan teknologi untuk inovasinya," kata dia.

Editorial Team