Pakar Transportasi UGM Nilai Mudik 2022 Lebih Baik Dibanding 2019 

Pemerintah perlu mengembangkan jalur jalan Selatan

Sleman, IDN Times - Pakar teknik lalu lintas dan teknik transportasi UGM, Dewanti menilai mudik di tahun 2022 jauh lebih baik dibanding pada tahun 2019. Apalagi mudik tahun ini seperti gelombang besar setelah dua tahun pemerintah melarang warga pulang kampung.

“Terakhir mudik kan di tahun 2019 lalu. Sementara tahun ini sedemikian riuh dan heboh setelah dua tahun tidak ada mudik. Tentu tidak mudah mengatur kondisi seperti itu, menjadi hal lumrah masih ada kurang di sana-sini," ujarnya, Rabu (11/5/2022).

1. Apresiasi uji coba skema model one way

Pakar Transportasi UGM Nilai Mudik 2022 Lebih Baik Dibanding 2019 Kebijakan one way di Tol Japek resmi ditutup Jumat (29/4/2022) pagi. (dok. IDN Times/Istimewa)

Sebagai pakar transportasi, Dewanti mengapresiasi berbagai uji coba yang dilakukan pemerintah melalui pengaturan perjalanan mudik dari skema model one way, model ganjil genap dan lain-lain. Meski diakuinya kebijakan ini mengundang sejumlah protes dari para pengendara dan terjadi penumpukan dari arah Jakarta menuju arah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, menurutnya model ini, dinilai cukup memberi solusi sebab sebagian besar tol di pulau Jawa sudah tersambung.

“Meski mepet waktu dari pengumuman dibukanya mudik, upaya perbaikan sudah dilakukan secara beragam baik dari sisi manajemen lalu-lintas, infrastruktur dan sistem informasi dan lain-lain," ungkapnya.

 

Baca Juga: 5 Orang Meninggal saat Arus Mudik Lebaran 2022 di Kulon Progo

2. Pemerintah perlu mengembangkan jalur jalan Selatan

Pakar Transportasi UGM Nilai Mudik 2022 Lebih Baik Dibanding 2019 Ilustrasi kemacetan (IDN Times/Mardya Shakti)

Menurut Dewanti, persoalan lalu lintas akan muncul ketika terjadi pergerakan besar di tempat dan pada waktu yang sama. Apalagi, mudik 2022 melibatkan 85 juta pemudik yang melakukan perjalanan dalam tempat dan waktu yang hampir bersamaan.

Menurutnya, kondisi normal untuk melayani situasi tidak normal tentu menimbulkan sejumlah masalah. Oleh karena itu, menurutnya, perlu mempertimbangkan jalur sisi selatan sebagai upaya pengembangan jalan ke depan.

 

3. Optimalisasi jalan non tol bagi pemudik

Pakar Transportasi UGM Nilai Mudik 2022 Lebih Baik Dibanding 2019 Dok. IDN Times/Istimewa

Kendati diakui topografi jalur selatan berbeda dengan jalur tengah dan sisi utara, menurut dia, kondisi sisi selatan Jawa Barat memiliki kontur tanah naik turun dan berkelok-kelok sehingga menjadi kendala tersendiri bagi pengendara, dan memakan biaya cukup besar untuk pengembangan.

"Dengan berkelok-kelok dan naik turun relatif jalan sempit karenanya menjadikan orang akan mikir dan cenderung lebih memilih jalan tol sisi tengah," katanya.

Karena itu, diharapkan rencana ke depan dapat mengoptimalkan jalan-jalan non tol sebagai satu sistem jaringan jalan.

"Sehingga jika tol sudah melampaui kemampuan maka perlu kiranya melimpahkan ke jalan-jalan non tol. Karenanya sistem informasi begitu penting bagi pengguna jalan," pungkasnya.

Baca Juga: Parkir di Jalan Malioboro, Kendaraan Wisatawan Bikin Macet

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya