Fadli Zon Janji Bantu Perkaya Koleksi Museum Muhammadiyah

- Fadli Zon berjanji untuk memperkaya koleksi Museum Muhammadiyah di UAD, Bantul.
- Ia mengapresiasi pendirian museum ini sebagai narasi historis perjalanan Muhammadiyah selama 112 tahun.
- Fadli menyumbangkan salinan digital koleksinya dan berencana menyumbangkan koleksi lainnya untuk museum bertemakan ormas keagamaan Islam.
Bantul, IDN Times - Menteri Kebudayaan, Fadli Zon berjanji untuk membantu memperkaya koleksi Museum Muhammadiyah yang berlokasi di Kompleks Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Bantul.
"Kita berharap nanti dengan adanya museum ini, artefak-artefak bisa kita kumpulkan lebih banyak lagi," kata Fadli usai peresmian ruang pamer Museum Muhammadiyah, Senin (3/2/2025).
1. Simpan jejak 112 tahun Muhammadiyah

Fadli Zon mengapresiasi pendirian Museum Muhammadiyah, yang dinilainya berhasil membangun narasi historis perjalanan Muhammadiyah dari masa ke masa selama 112 tahun organisasi keagamaan itu berdiri.
Menurutnya, Muhammadiyah dengan kontribusinya dalam berbagai bidang, seperti politik, keagamaan, pendidikan, sosial, dan kesehatan, mampu tergambarkan jejaknya melalui museum yang telah resmi berdiri sejak 2022 ini.
"Sehingga masyarakat dapat melihat jejak sejarah Muhammadiyah sejak 1912 hingga saat ini sebagai organisasi massa yang besar di Indonesia," ujarnya.
"Museum ini lebih dari sekadar ruang yang menyimpan sejarah. Ini adalah tempat untuk menghidupkan narasi kebudayaan yang penting bagi generasi masa depan, agar nilai-nilai tersebut tetap terjaga dan berkembang," sambung politisi Gerindra itu.
2. Sumbang koleksi, salinan dokumen Sukarno saat di pengasingan

Sebagai wujud dukungannya, Fadli pribadi telah menyumbangkan salinan digital dari koleksinya berupa dokumen keputusan beserta bukti-bukti Presiden RI pertama, Sukarno sebagai Ketua Dewan Pengajaran Muhammadiyah saat masih di pengasingan Bengkulu tahun 1938-1940.
"Tanda tangannya Bung Karno waktu itu belum seperti tanda tangan ketika proklamasi, masih kelihatan ada 'C'-nya dan itu dikonfirmasi dan itu memang (tandatangan) aslinga, sudah dicek," imbuh Fadli.
Fadli juga berencana menyumbangkan koleksi lainnya berupa majalah Pantjaran 'Amal yang terbit di masa awal Muhammadiyah berdiri. Termasuk transkrip percakapan tokoh-tokoh Muhammadiyah dalam sidang BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, memuat pandangan-pandangan dari Ki Bagus Hadikusumo dan figur lainnya.
Lebih lanjut, Fadli mengungkap kemungkinan lebih banyak pendirian museum bertemakan ormas keagamaan, khususnya Islam, seperti halnya milik Muhammadiyah atau Museum Islam Indonesia Kyai Haji Hasyim Asy'ari (MINHA) di Tebuireng, Jombang, Jawa Timur yang proses revitalisasinya akan selesai dalam waktu dekat.
"Mungkin nanti ada museum lagi yang terkait organisasi-organisasi kemasyarakatan Islam, sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Saya kira memang harus ada representasi sejarah perjalanan peradaban Islam dari waktu ke waktu. Ini yang sekarang kita ingin tumbuhkan," pungkasnya.
3. Kritisi minat masyarakat rendah untuk datang ke museum

Sementara Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar menyoroti rendahnya minat masyarakat terhadap museum, perpustakaan, dan toko buku dibandingkan tempat hiburan lainnya. Ia mengajak generasi muda lebih sering mengunjungi tempat yang mendukung peningkatan wawasan dan literasi.
"Hari ini, kita tidak hanya berbicara tentang museum, tetapi juga tentang bagaimana menjadikannya sebagai ruang nilai yang hidup. Indonesia memiliki kekayaan sejarah dan kebudayaan yang luar biasa, namun kesadaran kita terhadap hal ini masih kurang," kata Haedar.
Dia turut menyoroti tiga pilar utama yang harus terus dibangun demi memperkokoh bangsa, yaitu agama, kebudayaan, dan Pancasila.
"Ketiga nilai ini harus terus kita bangun agar bangsa ini tetap memiliki akar yang kuat. Muhammadiyah sendiri telah membuktikan bahwa Islam tidak hanya menyerap kebudayaan, tetapi juga menciptakan peradaban baru. Agama, kebudayaan, dan kemajuan harus berjalan seiring," tambahnya.
4. Pembangunan museum mulai tahun 2017

Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Muchlas, dalam laporannya menyampaikan bahwa pembangunan Museum Muhammadiyah dimulai sejak 2017 atas inisiatif Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Ketua PP Muhammadiyah Muhadjir Effendy.
Proses pembangunannya bergulir sejak 2018, tapi sempat tertunda akibat pandemik Covid-19, dan akhirnya bisa diresmikan pada 14 November 2022 menjelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo, Jawa Tengah. Museum Muhammadiyah kini memasuki tahun ketiganya dan terus berkembang dengan bertambahnya koleksi serta kesadaran masyarakat akan sejarah.
Dengan diresmikannya dua ruang pamer baru, yakni Zona Muhammadiyah untuk Indonesia dan Persebaran Muhammadiyah, Museum Muhammadiyah sekarang mempunyai total delapan zona pamer. Meliputi, zona pengondisian, zona pembawa cahaya, zona berdirinya muhammadiyah, zona pilar gerakan, zona revolusi dan negara merdeka, zona organisasi-ortonom, zona Muhammadiyah untuk Indonesia, dan zona persebaran Muhammadiyah serta ruang audio visual.