Dee Lestari Bercerita Proses Adaptasi Buku Diangkat ke Film di JAFF Market

- MTN Market di JAFF Market menghubungkan para pelaku kreatif
- Penulis merelakan karyanya diinterpretasikan ulang oleh orang lain
- Cerita Reda dalam Na Willa
Yogyakarta, IDN Times – Manajemen Talenta Nasional (MTN) Market di JAFF Market 2025 menghadirkan sesi eksklusif bertajuk “Write, Camera, Action! Plot Twists in Adaptation”, di Jogja Expo Center Yogyakarta, Minggu (30/11/2025). Agenda ini merupakan percakapan mendalam tentang karya sastra dan budaya menjelma menjadi karya audiovisual yang kuat dan relevan.
Acara ini menghadirkan Dee Lestari, Reda Gaudiamo, dan Felix K. Nesi dengan Aan Mansyur sebagai moderator. Sesi eksklusif ini merupakan bagian dari Manajemen Talenta Nasional (MTN) Seni Budaya, program prioritas nasional yang dikelola Kementerian Kebudayaan Indonesia.
1. Menghubungkan para pelaku kreatif

Program ini dirancang untuk menghubungkan talenta dengan peluang pengembangan kapasitas dan akses pasar, baik nasional maupun internasional. Melalui kehadirannya di JAFF Market, MTN Market memperkuat perannya sebagai ruang strategis untuk memperluas wawasan kreator, membuka jejaring profesional, dan memperkokoh posisi talenta Indonesia dalam industri kreatif global.
Sesi berdurasi satu jam ini membuka proses adaptasi dari balik layar, dari bagaimana sebuah cerita berkembang dan mengalami penyesuaian, hingga proses tafsir ulang demi kebutuhan sinematografi.
Para pembicara juga mengulas dinamika kolaborasi dengan sutradara, produser, hingga aktor, serta menyoroti tantangan kreatif, kompromi, dan keputusan penting saat elemen literer harus berdialog dengan tuntutan visual.
2. Penulis merelakan karyanya diinterpretasikan ulang oleh orang lain

Dimulai kisah para penulis ketika karya mereka pertama kali dipilih untuk dihidupkan di layar, momen yang kerap dipenuhi rasa bangga, cemas, dan penasaran. Kemudian, diskusi berkembang ke proses kreatif di balik layar: bagaimana menimbang elemen yang harus tetap menjadi jiwa cerita dan bagian yang perlu diolah ulang agar bekerja secara visual, sekaligus pengalaman berkolaborasi dengan sutradara, produser, dan aktor yang sering menghadirkan perspektif baru.
Para pembicara juga menggambarkan emosi ketika melihat karakter fiksi menjelma menjadi sosok nyata di set produksi, sambil meluruskan sejumlah mitos umum tentang adaptasi.
Contoh-contoh film dari adaptasi novel yang disebutkan oleh pembicara antara lain Rapijali, Aroma Karsa, Na Willa, dan Pangku semakin memperkaya gambaran bahwa adaptasi bukan sekadar memindahkan cerita antar-medium, melainkan proses merumuskan ulang cara sebuah kisah dihayati.
“Tadi kami bicara tentang bagaimana seorang penulis itu mau merelakan karyanya untuk diinterpretasikan ulang oleh orang yang berbeda, creator yang berbeda. Menurut saya di sini kedewasaan kita sebagai seorang seniman sangat dibutuhkan dalam proses adaptasi,” ucap Dee Lestari.
3. Penulis buku Na Willa dan Rumah Gang revisi naskah film hingga 4 kali

Sementara itu, penulis buku Na Willa dan Rumah Gang, Reda Gaudiamo mengatakan, dalam penggarapan karyanya menjadi film Na Willa ia cukup terlibat aktif hingga empat kali meminta revisi.
“Saya ingin mempertahankan point of view cerita itu jadi anak ini yang bicara. Jadi ketika saya lihat naskahnya sangat orangtua, bicara seperti orangtua, kata-katanya dewasa gitu saya minta itu diperbaiki. Setelah empat kali revisi puas, yang keempat yang oke dan kemudian mereka menyempurnakan lagi. Jadi sekarang yang dipakai itu yang versi kelima,” ujar Reda.
Sebagai pasar film terkemuka di Asia, JAFF Market mempertemukan para profesional industri, pencerita, dan pemimpin kreatif untuk bersama-sama membentuk masa depan sinema, bagi terciptanya kolaborasi sekaligus penguatan ekosistem perfilman.



















