Siswi SMP Dimarahi karena Lepas Hijab, Guru Ngaku Miskomunikasi

Bantul, IDN Times - Komisi D DPRD Bantul melakukan sidak ke SMPN 1 Pandak, Bantul, untuk mengklarifikasi permasalahan siswi yang dimarahi guru karena melepas hijab.
Ketua Komisi D, DPRD Bantul, Suratman, mengatakan para guru yang terlibat, yaitu, guru matematika, guru bimbingan dan konseling (BK), dan Kepala Sekolah sudah meminta maaf, sehingga permasalahan sudah selesai.
"Jadi mereka (guru matematika, guru BK dan kepala sekolah) mengakui kesalahannya dan suda meminta maaf kepada siswi dan orangtua siswi," kata dia usai melakukan sidak ke SMPN 1 Pandak Bantul, Rabu (3/8/2022).
1. Guru dan kepala sekolah minta maaf dan menganggap hanya mis komunikasi saja

Menurut Suratman, para guru dan kepala sekolah yang sempat memarahi siswi yang bersangkutan mengaku bahwa permasalahan itu timbul karena adanya miskomunikasi.
"Permasalahan itu terjadi karena miskomunikasi saja," jelas politisi PDI Perjuangan ini.
Berdasarkan informasi yang diperoleh sebelumnya, siswi tersebut diminta melepas jilbab oleh guru pembimbing untuk keperluan pentas dan pengambilan video. Kemudian, siswi tersebut kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran dalam keadaan hijab belum terpasang. Saat itulah dia lalu dimarahi oleh gurunya.
Suratman mengatakan, setelah pihak sekolah meminta maaf, siswi yang bersangkutan sudah kembali bersekolah seperti biasa.
2. Orangtua siswi mengaku tidak ada tekanan dari pihak sekolah

Suratman melanjutkan, Komisi D turut mengingatkan kembali terkait tugas pokok guru. Misalnya, guru matematika tidak perlu mengurusi masalah di luar bidangnya karena ada guru lain yang punya tugas pokok menangani masalah tersebut. Hal itu penting agar guru bisa fokus dengan tugas pokoknya.
"Boleh guru matematika mengingatkan siswi, kok lepas hijab. Namun ada guru lain yang mengurusi hal tersebut. Terlebih di sekolah negeri tidak ada aturan bahwa siswi muslim wajib menggunakan hijab. Ini sekolah negeri bukan sekolah keagamaan yang mewajibkan siswi muslim menggunakan hijab karena memang tidak siswi non muslim yang sekolah di situ," tandasnya.
Lebih jauh politisi PDIP ini juga menjelaskan pihaknya sudah berkomunikasi dengan orangtua siswi yang bersangkutan. Mereka menyatakan tidak ada tekanan atau hal yang lainnya dan anaknya saat ini juga nyaman sekolah.
"Jadi orang tua juga sudah tidak mempermasalahkannya dan anaknya juga belajar dengan nyaman dan yang jelas tidak ada lagi tekanan saat sekolah," tambahnya.
3. Kaget kasusnya sampai ke media massa

Sementara Kepala Sekolah SMPN 1 Pandak, Wajiana, mengamini permasalahan tersebut terjadi karena miskomunikasi saja dan sudah selesai.
"Sudah selesai, semua karena miskomunikasi. Tidak ada pemaksaan siswi memakai hijab, tapi kok di berita munculnya seperti itu," ujarnya.
Menurutnya kejadian siswi sempat lepas hijab itu terjadi pada 15 Juli dan pada 28 Juli semuanya sudah selesai dan tidak ada sanksi atau lainnya kepada siswi yang bersangkutan.
"Jadi orang tuanya juga menyadari, itu terjadi karena kurangnya komunikasi. Saat ini siswi yang bersangkutan juga nyaman bersekolah bahkan konsultasi juga dengan guru matematika," pungkasnya.