Pekan Seni Bergerak, Cara Unjuk Rasa yang Beda dari ARB
Tuangkan keluh kesah terhadap isu sosial lewat media seni
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - "Sebelumnya saya juga pernah jadi korban, teman-teman saya baik laki-laki maupun perempuan itu pernah jadi korban. Saya enggak mau ada korban-korban lain," kata SS (25) di trotoar tengah Jalan Suroto, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta.
SS merupakan salah seorang peserta Pekan Budaya Bergerak. Acara yang diinisiasi Kelompok Seni Bergerak, bagian dari Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) bersama Pesepeda Jogja di Trotoar Tengah, Jalan Suroto, Jumat (16/10/2020) malam.
Baca Juga: [FOTO] Kondisi Kantor DPRD DIY Akibat Ricuh Aksi Tolak UU Cipta Kerja
1. Panggung seni dan budaya
Trotoar di tengah Jalan Suroto kala itu disulap jadi panggung pameran seni dan budaya.
Sementara SS yang merupakan satu dari sekian peserta, mendorong Rancangan Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Seksual (RUU PKS) dimasukkan dalam Program Legislasi Nasional atau Prolegnas Prioritas.
SS menuangkan aspirasinya dalam bentuk lukisan dalam selembar kanvas lumayan lebar. Judulnya, "Jangan Bungkam Korban".
"Bikinnya 3 hari. Awalnya ini dipakai untuk (aksi unjuk rasa) di Gejayan kemarin dan emang niat untuk angkat isu ini," ujarnya.
Humas Pekan Budaya Bergerak, Revo mengatakan, acara ini diselenggarakan sebagai alternatif menyampaikan gagasan dan menyuarakan aspirasi lewat pendekatan seni. Disuarakan dalam berbagai bentuk dan metode, mulai dari lukisan, cetak digital, cukil, dan lain sebagainya.
"Karya-karya yang ada di sini dibuat oleh orang dari berbagai macam latar belakang. Ada yang mahasiswa seni, seniman, mahasiswa biasa, atau pekerja lepas," terangnya.
Baca Juga: Masyarakat Jogja Gotong Royong Bersihkan Malioboro Pasca Aksi Demo