TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mantan Panglima NII: Ini Cara Kelompok Radikal Rekrut Anggota Baru 

Ternyata cukup diyakinkan lewat dialog logis

IDN Times/Tunggul Kumoro

Yogyakarta, IDN Times - Ken Setiawan, Eks Panglima Negara Islam Indonesia (NII) mengungkap cara atau metode kebanyakan kelompok radikal dalam merekrut anggotanya.

Ken yang aktif di NII lebih dari setahun ini mengatakan, tidak diperlukan cara muluk-muluk bagi suatu kelompok radikal dalam upayanya menggaet rekrutan anyar, macam hipnotis atau cuci otak.

1. Lewat dialog logis selama maksimal 2 jam

IDN Times/Sukma Shakti

Metode yang diterapkan mayoritas kelompok radikal cuma melalui dialog logis. Cukup mengejutkan, saat Ken bilang waktu maksimal yang dibutuhkan untuk mendapat rekrutan baru cuma dua jam saja.

"Murni dialog dan menggunakan hal-hal yang logis," ujarnya saat jadi narasumber dalam Kongres Pancasila ke XI di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Jumat (16/8). 

Tapi, perekrut tidak bergerak sendirian. Paling tidak dibutuhkan lima orang untuk membujuk calon anggotanya. "Korban suka fotografi, kita hadirkan lima perekrut. Satu korbannya laki-laki yang ngrekrut perempuan. Korbannya perempuan yang ngrekrut laki-laki," paparnya pendiri NII Crisis Center ini.

Biasanya, guna mempermulus operasinya, perekrut memang disesuaikan dengan komunitas atau ketertarikan korbannya.

Baca Juga: Eks Panglima NII Ungkap Paparan Radikalisme pada Artis dan Atlet

2. Ubah kalimat syahadat

ANTARA FOTO/Rony Muharrman

Usai korban melunak karena makin intens komunikasi dan pergaulannya, barulah perekrut ini menyisipkan materi mengenai hukum Tuhan. Jadi yang sebenarnya coba ditanamkan bukan konsep beragama, tapi bernegara. 

"Bagi saya dulu yang dimaksud beriman adalah memutuskan perkara dengan ketentuan hukum Tuhan. Jadi barang siapa yang tidak memutuskan perkara dengan hukum Tuhan berarti kafir," katanya. 

Guna meyakinkan korbannya, mereka kerap kali menggunakan ayat-ayat suci Alquran. Kalimat syahadat pun sampai diubah untuk melipatgandakan efeknya. Bunyinya jadi 'tiada negara selain negara Islam, barang siapa yang bernegara, barang siapa yang berhukum selain hukum Islam dianggap orang kafir'.

3. Bertansisi ke cara yang lebih modern

IDN Times/Tunggul Kumoro

Seiring berjalannya waktu, sesuai pengamatan Ken, metode perekrutan anggota kini agaknya telah mengalami transformasi. Ini yang menurutnya wajib diwapadai, karena sebisa mungkin kecurigaan akan manuver kelompok ini tersamar.

Seperti, jika dahulu perekrutan dilakukan di tempat ibadah, semacam masjid atau musala, kini sebaliknya, yakni di tempat umum. "Sekarang mereka ngrekrutnya di mall di cafe, di taman yang orang tidak curiga," bebernya.

Mereka sekarang juga berani menyasar langsung kalangan pelajar. Target paling empuk adalah siswa-siswi yang cukup aktif di sekolahnya. "Saya kemarin di 10 sekolah di Jakarta, biasanya yang menjadi korban ketua osis atau ketua rohis," ucapnya.

Alumni sekolah pun dimanfaatkan kelompok perekrut. Operasi dilancarkan lewat tawaran bimbingan belajar gratis, ajakan outbond, dan lain sebagainya.

Paling sering, caranya adalah mengajak sasaran ke suatu kegiatan menyenangkan di satu tempat. Tapi, sesampainya di lokasi ada rombongan perekrut menanti dan siap meracuni pikiran mereka dengan ideologi radikal.

"Acara satu minggu di Puncak, pulang sudah tidak mau hormat bendera, mengkafirkan gurunya," katanya.

Baca Juga: Jokowi: Keamanan Indonesia Harus Siap Hadapi Radikalisme dan Terorisme

Berita Terkini Lainnya