Dua Gending Baru dari Keraton Yogyakarta untuk Rayakan Sumpah Pemuda
Bisa kamu dengarkan di berbagai platform musik digital, lho
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Keraton Yogyakarta melalui KHP Kridhomardowo meluncurkan 2 gending baru bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-92, Rabu (28/10/2020).
Gending yang juga dibuat untuk memperingati kebhinnekaan ini termuat dalam Album Gendhing Gati Volume 2.
Peluncuran album ini ditandai dengan penampilan Abdi Dalem Wiyaga dan Musikan memainkan dua gending baru di Bangsal Mandalasana Keraton Yogyakarta. Acara ini juga disiarkan melalui kanal YouTube Kraton Jogja menimbang situasi pandemi COVID-19.
"Gendhing gati ini kita rasa penting karena tentang semangat perjuangan, semangat kemerdekaan, semangat kebhinekaan itu sangat kuat karena gendingnya menggunakan alat musik keprajuritan. Seperti tambur dan terompet. Ini memang sangat khas dan hanya ada di Keraton Yogyakarta," kata KPH Notonegoro selaku Penghageng KHP Kridhomardowo.
Baca Juga: Peringati HUT RI, Keraton Yogyakarta Luncurkan Album Gendhing Gati
1. Gendhing Gati Taruno
KPH Notonegoro menjelaskan, Album Gendhing Gati Volume 2, berisi 16 judul gendhing gati. Meliputi 14 gending lama yang direkam kembali plus 2 judul baru.
Salah satu dari judul baru itu adalah "Gendhing Gati Taruno" ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Komposisinya disusun oleh MW Susilomadyo.
"Gending itu adalah gending Yasan Dalem, jadi dibuat berdasarkan Dhawuh Dalem," terang Notonegoro.
Taruno sendiri dapat diartikan 'Muda'. Gendhing Gati Taruno memiliki karakter agung, ceria, ekspresif, dan gembira layaknya para pemuda. Sejalan dengan semangat Hari Sumpah Pemuda yang diperingati tiap tanggal 28 Oktober.
"Semangat Sumpah Pemuda sesungguhnya bagi kami bukan hanya semangat kepemudaan. Bahwa pada saat itu pemuda umur 20 tahunan dapat memberikan impact yang sangat besar pada republik ini," ungkap Notonegoro.
Gendhing ini melibatkan instrumen tiup, berupa terompet yang dimainkan Abdi Dalem Musikan, sehingga membentuk jalinan lagu sendiri dengan suara 1 dan suara 2 atau polifonik.
"Di mana gending tradisional menggunakan gamelan itu dipadukan dengan alat musik barat sehingga menghasilkan suatu harmoni baru yang menghasilkan keindahan baru," kata Notonegoro.
Baca Juga: Seekor Ular Muncul di Keraton Yogyakarta saat Haul Sultan HB IX