Atasi Klitih, Pemda DIY Akan Gunakan Pendekatan Dialog Berbasis Budaya
Ditengarai klitih dipicu permasalahan dalam keluarga
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times - Kembali muncul dan maraknya fenomena kejahatan jalanan atau klitih di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memancing perhatian dari pemerintah daerah setempat.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyebut pihaknya telah menyiapkan berbagai langkah serta membentuk kelompok kerja (pokja) guna menangani klitih dari akarnya.
Baca Juga: Pelajar Korban Klithih di Bantul Meninggal Usai Dirawat 1 Bulan
1. Latar belakang keluarga bermasalah
Sultan menerangkan, klitih di mana para pelakunya mayoritas adalah remaja atau pelajar ini bukan fenomena yang mendadak muncul begitu saja. Tindakan para pelaku, dipicu permasalahan di tingkat keluarga masing-masing pada umumnya.
"Mayoritas itu ternyata kurang beruntung dalam arti mungkin broken home dan sebagainya," kata Sultan, Senin (13/1).
Berawal dari permasalahan dalam keluarga, si anak ini kemudian sering kali mencari pelarian. Salah satu di antaranya adalah mabuk-mabukan karena minum minuman keras.
Selama ini aksi klitih kerap kali diawali dengan perilaku mabuk-mabukan. "Sehingga mungkin anak-anak itu pulang pagi (keluyuran) dan sebagainya itu siapa tahu dia sebetulnya tidak merasa nyaman tinggal di rumah, gitu kan bisa," ujar Sultan.
Retaknya komunikasi, ditambah kemajuan zaman membuat situasi di dalam rumah kemungkinan jadi kian buruk.
"Karena sekarang kehidupan masyarakat keluarga itu kan bisa lebih bebas. Dulu gak ada handphone. Kalau kita makan siang makan malam atau makan pagi mungkin dengan anak, cucu bisa dialog. Tapi, sekarang kita makan anaknya semua pada pegang HP. Jadinya kita duduk sambil makan dalam keadaan diam. Itu sudah perubahan luar biasa dalam pendidikan keluarga," papar Sultan.
Baca Juga: Diduga Hendak Lakukan Aksi Klitih, 10 Pelajar Diciduk Polisi