TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

9 WN India di Sleman Terindikasi Positif COVID-19

Enam warga Sleman juga hasilnya positif saat rapid test

Rapid test WN India di Sleman. (IDN Times/Istimewa)

Sleman, IDN Times - Sebanyak 15 warga negara India di Kocoran, Caturtunggal, Depok, Sleman mengikuti rapid test. Sembilan orang di antaranya mendapat hasil reaktif atau terindikasi positif COVID-19.

Selain 9 orang warga negara asing (WNA) itu, ada pula 6 warga Sleman lainnya yang bernasib serupa.

Baca Juga: [UPDATE] 22 April, Pasien Positif COVID-19 di DIY Jadi 75 Kasus

1. Sudah dipindah ke salah satu RS rujukan

Joko Hastaryo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. IDN Times/Siti Umaiyah

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo mengatakan para WNA itu telah menjalani rapid diagnostic test (RDT) atau uji cepat massal kemarin, Selasa (21/4).

"Sembilan di antaranya reaktif, sehingga tadi dilanjutkan pengambilan swab tenggorok di RSA UGM," kata Joko Hastaryo saat dikontak dihubungi, Rabu (22/4).

Mereka yang hasil rapid testnya reaktif sudah sudah dipindah ke RSPAU dr. S. Hardjolukito, Bantul setelah sebelumnya menginap di lantai 2 Masjid Jami' Al-Itihad, di Kocoran bersama enam WN India lainnya. Sembilan orang tadi, kini resmi berstatus PDP.

"Yang negatif di Balai PMD Kemendagri Yogyakarta, Kalasan," bebernya.

Baca Juga: 12 Foto Situasi di India yang Lakukan Lockdown Tanpa Persiapan Matang

2. Enam warga setempat juga reaktif

Rapid test warga Sleman. IDN Times/Istimewa

RDT, Joko menambahkan, selain diujikan kepada WN India juga kepada 14 warga setempat yang sering beribadah di Masjid Jami' Al-Itihad.

Hasilnya, enam di antaranya mendapat hasil reaktif pula. "Sehingga besok akan kami swab tenggorok, 4 orang di RS Islam Yogyakarta PDHI Kalasan, 2 di RSUD Sleman," ungkap Joko.

Keenamnya telah ditempatkan di dua rumah sakit tersebut.

3. Tak bisa pulang karena negaranya lockdown

Seorang polisi berjaga di perbatasan saat permberlakuan 'lockdown' oleh pemerintah sebagai upaya mencegah penyebaran virus COVID-19, di New Delhi, India, Senin (23/3). ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

Joko menyebut, para WN India itu tadi berdasarkan catatan Kemenag, sudah berada di Kocoran sekitar sebulan lamanya. Di DIY, lebih lama lagi. Mereka sebenarnya berniat pulang pertengahan April 2020 lalu.

"WN India itu memang selalu berkeliling memberikan tabligh dari satu masjid ke masjid lainnya. Tapi info dari Kemenag mereka sudah tidak melakukan tabligh sejak COVID merebak di Indonesia. Mereka mau pulang tapi tidak bisa karena negaranya sedang lockdown," ungkap Joko.

India sebagaimana diketahui memang telah mengumumkan perpanjangan masa lockdown, dari 14 April menjadi 3 Mei 2020 sejak pertama kali menerapkannya pada 24 Maret 2020.

4. Diisolasi di masjid

Rapid test WN India di Sleman. IDN Times/Istimewa

Terpisah, Ketua RW 05, Kocoran, Caturtunggal, Rochpradejono menyebut para warga negara India itu datang ke lingkungannya dalam dua kelompok.

Rombongan pertama, terdiri dari delapan orang tiba pertengahan Maret 2020, kemudian kelompok sisanya menyusul selang beberapa hari setelahnya.

"Rombongan yang pertama datang sudah sebulan lebih. Tanggal 18 April itu dia sudah ada," katanya di Dusun Kocoran.

Rochpradejono menekankan, para WN India itu datang ke tempatnya bukan untuk keperluan menetap. Mereka awalnya cuma silaturahmi bukan untuk menggelar tabligh, lalu transit atau mencari tempat bernaung di Masjid Jami' Al-Itihad karena tidak bisa pulang.

Mencegah hal yang tak diinginkan di tengah masa pandemi, para WN India itu pun tak diizinkan keluar dari masjid. "Di sini dia diisolasi. Di lantai dua masjid," katanya.

Baca Juga: Gugus Tugas COVID-19 DIY Ungkap Adanya Belasan Kasus Transmisi Lokal

Berita Terkini Lainnya